SIGLI – Delapan puskesmas di Pidie tidak memiliki tempat penyimpanan vaksin Sinovac. Sehingga, untuk mengantisipasinya terpaksa harus disimpan di puskesmas terdekat.
Pelaksana tugas (Plt) Dinas Kesehatan Pidie, Turno Junaidi MKM kepada Serambi, Selasa (9/2/2021) mengatakan, distribusi vaksin sinovac ke-26 puskesmas berlangsung selama dua hari mulai Selasa (9/2/2021) hingga Rabu (10/2/2021).
Namun, delapan puskesmas tidak memiliki tempat penyimpanan vaksin akibat sudah rusak. Menurutnya, delapan puskesmas yang tidak miliki tempat penyimpanan Puskesmas Teupin Raya, Glumpang Tiga, Delima, Titeu, Pidie, Mutiara Barat, Indrajaya, dan Tangse.
” Sebenarnya, vaksin Sinovac itu bisa disimpan di kulkas keluarga, tapi Dinkes memutuskan untuk disimpan di tempat penyimpanan khusus untuk menjaga kenyamanan vaksin,” ujarnya disela-sela rapat koordinasi persiapan vaksinasi Sinovac Covid-19 di Oproom Bupati Pidie, Selasa kemarin.
Ia menjelaskan, saat ini masih dilakukan perhitungan terhadap jumlah vaksin Sinovac yang dijatahkan kepada masing-masing puskesmas. Sebab, vaksin yang dijatahkan untuk tenaga kesehatan (nakes) di puskesmas disesuaikan dengan jumlah nakes yang akan dilakukan vaksin. Sebab, saat ini masih adanya nakes yang masih ketakutan untuk disuntik. Padahal, vaksin Sinovac aman dan ada efek samping. ” Sebelum divaksin Sinovac, lebih dahulu dilakukan skrining pada tubuh, untuk mengetahui apakah bisa dilakukan disuntik,” jelasnya.
Dikatakan, Rabu (10/2/2021), merupakan hari perdana dilakukan vaksin yang diawali kepada Forkopimda Pidie dan nakes di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli. Kemudian, hari kedua vaksinasi terhadap nakes di RSUD Tgk Abdullah Syafi’i Beureunuen. Dan, hari ketiga dilakukan vaksinasi terhadap nakes yang bekerja di 26 puskesmas.
Ia menambahkan, untuk masyarakat tetap dilaksanakan vaksin Sinovac dengan dilakukan lebih dahulu sosialisasi. Saat ini, sosialisasi masih terkendala dengan terbatasnya SDM di Dinkes Pidie dan anggaran karena masih di awal tahun 2021.
Akibatnya dinas belum bisa melakukan sosialiasi kepada masyarakat secara luas. Begitu juga, belum bisa menggandengkan media dalam sosialisasi tersebut. Dinas hanya mengiklankan sosialisasi di radio di Pidie.
” Pusksesmas sebagai perpanjangan tangan dinas, harus mensosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi harus melibatkan ulama, sebab warga tidak percaya jika masalah agama dikaitkan dengan vaksin Sinovac dijelaskan tenaga kesehatan. Untuk itulah, butuh peran ulaman dalam sosialisasi itu,” jelasnya.
Bupati Pidie, Roni Ahmad atau Abusyik menyebutkan, sosialisasi kepada masyarakat terhadap vaksin Sinovac tidak boleh tegang. Artinya, dinas harus rileks dan tidak ribut saat melakukan sosialisasi. ” Jangan disosialisasikan terkesan vaksin itu sebagai hantu besar atau maaop (Bahasa Aceh) sehingga masyarakat menolak,” ujarnya.
Menurutnya, dinas harus memberitahukan tercatat 16 kategori penyakit yang tidak boleh disuntik vaksin. Dan, sebelum divaksin warga akan dilakukan skrining untuk mengetahui penyakit di dalam tubuh.
Menurut Abusyik, vaksin Sinovac dilakukan untuk menjaga kesehatan warga. Sebab, pemerintah tidak ingin mencelakakan warga dengan vaksin itu. Untuk itulah, dinkes tidak lengah dalam melakukan sosialisasi. “Saya sudah siap untuk vaksin. Bahkan, saya sudah melakukan skrining di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli,” jelasnya. (naz)
Sumber: tribunnews.com