Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Hal ini diperburuk dengan minimnya pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia sehingga banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan baik.
Sejak adanya regulasi baru yang berpengaruh pada sistem finansial dan kebijakan kesehatan jiwa, tidak ada perubahan yang berarti pada program kesehatan jiwa di Puskesmas. Kondisi serupa juga terjadi di Ethiopia. Permasalahan alokasi pendanaan yang tidak efisien serta kurangnya kompetensi tenaga kesehatan jiwa menjadi penyebab buruknya penanganan orang dengan gangguan jiwa di masyarakat. Sistem kesehatan yang telah dikembangkan oleh pemerintah Ethiopia masih terbentur pada persoalan kesiapan fasilitas kesehatan dan koordinasi berjenjang dalam penanganan orang dengan gangguan jiwa. Selain itu, lemahnya pengaruh kepemimpinan, buruknya sistem informasi dan monitoring juga menjadi penyebab rendahnya kesadaran masyarakat untuk merespon gejalan gangguan jiwa.
Dari perspektif sistem, sistem kesehatan sebenarnya menerapakan prinsip fungsi komponen dan keterkaiatan antar komponen sistem untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya hasil yang dicapai tergantung pada baik buruk dari fungsi komponen sistem tersebut. Namun, faktor terpenting adalah bagaimana sistem kesehatan mampu dikendalikan dengan baik oleh “pilotnya” sehingga bisa berfungsi secara maksimal. Pengelolaan sistem kesehatan di Ethiopia dalam rangka penanganan masalah kesehatan jiwa telah membuktikan bahwa sistem kesehatan sangat dipengaruhi oleh “pilotnya”. Pilot yang dimaksud adalah aspek kepemimpinan yang secara politis bisa menguatkan atau bahkan melemahkan fungsi dari sistem yang sudah ada. Selengkapnya simak di sini