Motivasi sering dipelajari dan digunakan untuk memahami perilaku seseorang dan memahami kinerjanya. Wujud nyata motivasi seseorang secara langsung terlihat dari tindakan nyata dan keteguhan dalam berperilaku. Seseorang yang termotivasi akan berperilaku positif untuk mencapai tujuan organisasi melalui kinerjanya. Apabila motivasi berubah maka perilaku dan tujuan atau kinerja juga berubah. Sehingga untuk mencapai kinerja menyeluruh, organisasi perlu memberi perhatian terhadap pola-pola motivasi seperti reward dan punishment, kepuasan intrinsik, lingkungan kerja kondusif yang dianggap penting.
Mengingat pentingnya peran motivasi dalam mencapai tujuan organisasi maka sebuah organisasi harus memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut maka organisasi (anggota) harus memiliki motivasi dan berperilaku sesuai dengan orientasinya. Lebih lanjut, perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisasi juga mengharuskan organisasi untuk meningkatkan motivasi karyawan melalui berbagi strategi atau cara. Salah satu strategi yang paling populer adalah peningkatan pendapatan atau insentif bagi anggota organisasi. Strategi insentif dan pembayaran tambahan berdasarkan kinerja menjadi salah satu yang dinilai paling efektif. Pertimbangan uang sebagai “driver” yang paling ampuh telah menggerakkan manajer dan pimpinan untuk memberikan biaya tambahan sebagai solusi satu-satunya. Namun, fakta lain menunjukkan bahwa uang bukan satu-satunya faktor yang menentukan bertambah atau berkurangnya motivasi pekerja tetapi terdapat variabel lain seperti pengembangan karir, hubungan yang baik dengan pasien serta lingkungan kerja dalam organisasi.
Millar et al. (2017) menemukan bahwa pengalaman tenaga kesehatan di China telah menyoroti sisi lain dari peningkatan insentif sebagai solusi tunggal untuk meningkatkan motivasi pekerja. Dalam artikel yang berjudul It’s all about the money? A qualitative study of healthcare worker motivation in urban China dikemukakan bahwa faktor ekstrinsik yang menjadi aspek lain terbentuknya motivasi kerja petugas kesehatan selain pendapatan juga berkaitan dengan lingkungan kerja serta kesempatan pengembangan karir yang baik. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh Millar et al telah membuktikan beberapa kondisi yang merupakan anti tesis kebenaran tunggal keterkaitan uang dan motivasi.
Ketergantungan pada pemberian insentif tambahan telah berdampak “negatif” bagi nilai dan etos kerja pelayanan publik. Sejak pemerintah melakukan reformasi pemberian gaji dan insentif tambahan, pembayaran tambahan untuk prosedur pelayanan dengan jumlah yang diterima tergantung pada kinerja departemen diukur dengan angka pertemuan pasien. Pembayaran tambahan tersebut selanjutnya didistribusikan bagi semua staf dalam satu departemen. Penerapan model pembayaran tambahan ini terbukti memecah belah hubungan profesional di antara para petugas kesehatan. Akses yang sulit untuk meningkatkan pendapatan melalui sumber-sumber lain menyebabkan perawat menjadi frustrasi akibat adanya kesenjangan gaji antara mereka dan dokter.
Selain itu, solusi pemberian insentif tambahan belum mampu mengatasi persoalan lingkungan kerja yang tidak kondusif serta ketidakpastian pengembangan karir bagi tenaga kesehatan. Krisis kepercayaan antara sesama rekan kerja, pasien dan masyarakat menjadi faktor ekstrinsik yang menyebabkan rendahnya motivasi kerja. Petugas kesehatan menjadi semakin frustrasi ketika tidak mampu memenuhi harapan pasien dalam mendapatkan pelayanan. Selengkapnya dapat disimak di sini
Musa Kmpk
| #
Sy sangat setuju pembayaran insentif di tambah supaya kesejahteran petugas kesehatan khususnya tenaga perawat visa menjadi lebih baik seperti di contoh di china , seandainy di Indonesia bisa seprti insentifny ditingkatkan sehingga kesejahteran terpenuni ini bisa meningkatkan motivasi kerja petugas tersebut. Semua tenaga profesional selain tenaga medis harus di tingkatkan insentifny. Bagaimana dengan APBN RI sekarang lagi defisit anggaran ? Apakah bisa menigkatkan insentif tenaga profesional tersebut?
Reply