• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
10 Oct2017

Model Intraorganizational dalam Organisasi Kesehatan

Share this on WhatsApp
(Pose Bersama Puskesmas Betun, Tim Pendamping Dinkes Provinsi dan Kabuapten)

(Pose Bersama Puskesmas Betun, Tim Pendamping Dinkes Provinsi dan Kabuapten)

Perubahan dalam siklus perkembangan organisasi merupakan bentuk respon organisasi menghadapi berbagai macam tuntutan kebutuhan. Tuntutan itu sendiri timbul sebagai akibat pengaruh lingkungan (eksternal dan internal) organisasi yang selalu berubah yang “memaksa” organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan melakukan berbagai perubahan dalam “dirinya”. Dalam bidang kesehatan, perubahan organisasi dapat dilakukan melalui reformasi kebijakan, redesign dan inovasi. Perubahan organisasi kesehatan secara khusus lebih mengarah pada peningkatan kualitas pelayanan dengan memaksimalkan supply side (penyediaan) untuk memenuhi demand (permintaan) dari masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi tentunya bertujuan meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi, meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi berbagai faktor yang menyebabkan perubahan organisasi sehingga organisasi mampu bertahan dan berkembang, mengadakan penyesuaian-penyesuaian seperlunya sehubungan dengan perubahan-perubahan tersebut, dan untuk mengendalikan suasana kerja sehingga anggota organisasi tidak terpengaruhi atas perubahan-perubahan yang sedang berlangsung.

Model intraorganizational yang dikembangan oleh Kellog et al (2017) merupakan salah satu pendekatan baru yang digunakan untuk menjawab persoalan peningkatan kualitas layanan pada sebuah organisasi besar. Model tersebut memiliki beberapa tahapan seperti pengembangan proses intraorganizational (menetapkan prioritas, menilai keadaan saat ini, mengembangkan proses baru, dan mengukur serta memperbaiki) dan penyebaran inovasi (mengembangkan dukungan, menyebarkan informasi, memfasilitasi pelatihan peer-to-peer, memperkuat, dan belajar beradaptasi). Keunggulan model tersebut adalah organisasi tetap memanfaatkan struktur organisasi yang sudah ada sebelumnya seperti saluran komunikasi yang baik; alur kerja umum, otoritas formal, dan kinerja yang ada. Secara khusus, model tersebut merinci bagaimana proses advokasi formal dapat dilakukan pada setiap lini kerja organisasi untuk memfasilitasi penyebaran inovasi baru. Dengan advokasi formal yang dilakukan pada setiap lini organisasi, manajer mampu mengetahui lebih awal hambatan yang mungkin timbul pada setiap langkah, dan memfasilitasi proses pengembangan intraorganizational dan penyebaran inovasi peningkatan kualitas.

Model ini juga memberikan petunjuk penting bagi para manajer tentang bagaimana caranya mengembangkan dan menyebarkan inovasi peningkatan mutu yang baru di dalam organisasi yamh ;eboh besar. Dalam menerapkan dan menyebarkan Inovasi, manajer harus memanfaatkan struktur organisasi yang tersedia untuk memudahkan integrasi inovasi baru ke dalam alur kerja dan sistem yang sudah ada. Simak artikel selengkapnya di sini

Share this on WhatsApp

Leave a comment

Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar