Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan pendekatan pormotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pengoptimalan pendekatan preventif promotif dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat menjadi ciri reorientasi pelayanan kesehatan saat ini. Pendekatan pereventif promotif mengedepankan gerakan masyarakat yang bersifat partisipatif untuk mencegah penyakit, memelihara kesehatan dan memperpanjang harapan hidup dengan berperilaku hidup bersih serta mampu melakukan diagnosis dini (early diagnosis). Sekilas terlihat sangat sederhana menerapkan pendekatan preventif dan promotif. Namun, beberapa fakta menunjukkan bahwa pendekatan preventif promotif adalah pendekatan yang membutuhkan strategi yang “luar biasa”. Strategi “luar biasa” dibutuhkan dalam rangka bagaimana melibatkan individu dan masyarakat untuk menjadi agent bagi dirinya sendiri adalah community engagement (peran serta masyarakat).
Sejak mulai dikenalkan di bidang kesehatan masyarakat dalam deklarasi di Alma Ata pada 1978, konsep community engagement (CE) erat kaitannya dengan bagaimana memberdayakan masyarakat untuk dapat berperan secara mandiri, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Konsep ini didasari oleh pertimbangan bahwa setiap orang berhak dan memiliki tugas untuk berpartisipasi dalam semua siklus layanan kesehatan. Pada kenyataannya upaya menumbuhkan peran serta masyarakat sering menghadapi masalah karena berkaitan dengan perubahan sikap dan perilaku masyarakat itu sendiri. Pendekatan preventif yang menjadi ciri khas CE dalam beberapa situasi menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat dari sisi efikasi dan efektivitas antara pendekatan preventif dan pendekatan kuratif. Hal ini mendorong lahirnya pemahaman baru bahwa Community Engagement adalah sebuah proses yang meliputi beberapa elemen penting seperti : stakeholder dan otoritas peran serta; sumber daya manusia lokal; evaluasi formatif; responsif dan pembagian peran serta pengawasan dengan masyarakat.
Community engagement yang efektif dapat dilihat dari sudut pandang keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program, partisipasi dalam implementasi dan keterlibatan dalam monitoring dan evaluasi. Semua unsur ini dapat terpenuhi apabila masyarakat sudah memiliki kompetensi dasar seperti kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan persoalan kesehatan secara mandiri. Untuk mencapai itu semua, maka penting untuk memperhatikan beberapa aspek seperti : elemen stakeholder dan otoritas peran serta dengan tujuan untuk memperlancar implementasi program atau kegiatan di masyarakat; perekrutan SDM lokal yang bermanfaat untuk memudahkan proses komunikasi dengan masyarakat lokal dan mendorong lahirnya rasa kepemilikan; melaksanakan evaluasi formatif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini atau level literasi kesehatan dari masyarakat setempat sehingga segera dilakukan perbaikan terhadap implementasi yang ada; menumbuhkan rasa responsif melalui monitoring secara terus menerus terhadap intervensi yang dilakukan sehingga mampu mengoptimalkan implementasi program; pembagian peran dan pengawasan dengan masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat.
Implikasi dari pendekatan tersebut adalah memudahkan para pembuat kebijakan dan stakeholders mengatasi hambatan pelibatan peran serta masyarakat seperti seperti faktor kontekstual budaya, keterbatasan informasi, hambatan bahasa dan residen masyarakat di daerah pinggiran yang cenderung mengabaikan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagaimana dan seperti apa hasil dari penerapan pendekatan community engagement di masyarakat bisa dipelajari disini [……]