Akseptabilitas merupakan kemampuan untuk menerima atau merespon intervensi atau perlakuan tertentu. Kemampuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dimiliki baik secara faktual maupun potensial yang mampu menggerakkan individu untuk menerima suatu tindakan atau perlakuan. Lebih lanjut akseptabilitas sangat dipengaruhi oleh persepektif terhadap konteks, konten dan kualitas yang ada. Dalam bidang kesehatan, akseptabilitas erat kaitannya dengan bagaiamana provider, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan memiliki sikap menghormati hak-hak pasien dan budaya yang berlaku dalam tatanan masyarakat dan sosial. Selain dari sisi provider, perspektif akseptabilitas juga perlu diperhatikan bagaimana respon pasien terhadap layanan yang diterima.
Perspektif pasien dan provider tentang akseptabilitas sama-sama bermanfaat bagi proses penyembuhan pasien (tujuan dari pengobatan). Dengan memperhatikan perspektif pasien tentang akseptabilitas dapat membantu provider untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang diberikan. Sedangkan perspektif provider tentang akseptabilitas dapat mendorong provider mengetahui level penerimaan terapi atau pengobatan yang diberikan sehingga dapat berdampak signifikan terhadap kesembuhan pasien. Untuk dapat mengetahui sejauhmana daya atau tingkat akseptabilitas pasien atau kelompok intervensi tertentu, maka provider kesehatan perlu melakukan kajian terhadap kondisi akseptabilitas. Dalam kondisi ini, untuk mendapatkan data dan informasi pengukuran yang akurat sangatlah tidak mudah karena dimensi akseptabilitas sendiri cukup kompleks. Akseptabilitas dapat dilihat dari dua dimensi yakni dimensi akseptabilitas treatment atau intervensi pengobatan dan dimensi akseptabilitas sosial yang merupakan akumulasi lingkungan di luar provider yang mempegaruhi keberhasilan sebuah intervensi pengobatan.
Untuk mendapatkan gambaran yang valid sejauhmana akseptabilitas terhadap intervensi yang diberikan, maka diperlukan pendekatan deduktif dan induktif untuk memahami akseptabilitas secara lebih komprehensif. Pendekatan tersebut merekomendasikan prospective akseptabilitas, Concurrent akseptabilitas dan retrospective akseptabilitas adalah dimensi kunci yang harus diperhatikan untuk mengetahui level atau tingkat akseptabilitas intervensi kepada pasien. Implikasi penerapan pendekatan tersebut adalah dimensi akseptabilitas diakomodir dalam semua tahapan intervensi kesehatan mulai dari desain, implementasi hingga proses evaluasi. Simak artikel selengkapnya di sini.