Reportase
Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di Puskesmas Kelobak Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
12 November 2018
Kunjungan penelitian di Puskesmas Kelobak diselenggarakan dalam rangka menjelaskan tentang penelitian untuk mengatasi permasalahan KIA di Kepahiang dan mengumpulkan data penelitian. Pengumpul data yaitu 1 tim dari PKMK UGM didampingi 1 orang dari dinas. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 2 – 3 jam. Kunjungan ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK – KMK UGM, petugas puskesmas baik kepala puskesmas, staf, bidan dan ibu hamil, Tim PKMK dalam kunjungan penelitian ini memberikan penjelasan tentang fokus penelitian yaitu pada pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak.
Gambar 1. Pemaparan Penelitian Dari Ketua Tim Peneliti, Dwi Handono
Kunjungan diawali dengan penjelasan dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Karena bila fokus pada output (SPM) saja masih banyak terjadi jumlah angka kesakitan. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing – masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya Pos Komando. Dengan adanya Pos Komando ini diharapkan program-program KIA ada yang mengawasi. Pada pos komando ini bisa mengerahkan mahasiswa kesehatan yaitu dengan sasaran AKI.
Untuk fokus penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Yang kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA discreening oleh UKS. Jadi berfikir mulai dari hulu. Kemudian nanti kita akan cek 10 T. Mekanisme rujukan terencana dan rujukan emergency sudah jalan apa belum itu juga akan dicek. WUS SMP, SMA apabila sudah akhir baligh harus dipersiapkan dahulu bila ada anemia, TB atau penyakit lainnya harus diobati dulu. Sedangkan untuk WUS Risti harus ditangani terlebih dahulu. Bila ada Ibu Resiko Tinggi (Risti) harus ada rujukan terencana baik rujukan ketika hamil maupun pada saat partus. Dan untuk ibu Risti yang operasi caesar sudah harus ada rujukan terencana dengan RS, Rujukan tidak harus rumah sakit bisa saja dirujuk di Puskesmas Poned. Selama itu bisa menggunakan Rumah Tunggu Kelahiaran (RTK) yang di kontrol. Pada ibu nifas (bufas) yang Risti harus ada perlakuan khusus.
Gambar 2. Wawancara dengan kepala puskesmas kelobak
Kepala Puskesmas Kelobak menjelaskan permasalahan yang terjadi di Kepahiang tentang AKI yaitu banyaknya kematian ibu karena tidak melakukan pelayanan di bidan desa ataupun puskesmas, tapi melakukan pemeriksaan diluar wilayah mereka. Selain itu, kepala puskesmas menjelaskan bahwa puskesmas kelobak berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menangkap kasus kematian ibu yang tidak terlapor. Kepala puskesmas berharap di tahap akhir penelitian ada seminar yang mendatangkan ikatan profesi di kabupaten kepahiang
Anggota tim peneliti melakukan wawancara kepada bidan di puskesmas seputar manajemen penjaringan WUS risti, ANC, Persalinan, dan Nifas di puskesmas. Anggota tim juga melaksanakan wawancara terhadap bumil untuk membuktikan keabsahan informasi yang diperoleh.
Reportase: Achmad Djunawan, MPH