Reportase
Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Muara Langkap (Non PONED)
15 November 2018
Penelitian manajemen KIA dan kualitas ANC di Puskesmas Muara Langkap bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran, kondisi dan akar masalah serta memotret pelayanan tentang kesehatan Ibu. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti PKMK FK-KMK UGM 2 orang, 1 anggota enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Pihak puskesmas Muara Langkap yang menjadi narasumber yaitu kepala puskesmas, koordinator bidan, bidan desa, bidang gizi dan bidang promkes. serta 3 orang ibu hamil. Agenda penelitian ini berupa wawancara kepada kepala puskesmas, koordinator bidan puskesmas, bidan desa. Peneliti melihat kondisi puskesmas dan data sekunder untuk memperkuat informasi yang diperoleh.
Gambar 1. Pemaparan penelitian dari tim peneliti
Pertemuan diawali dengan sambutan dari dokter Taufan selaku Kepala Puskesmas Muara Langkap dilanjutkan dengan penjelasan dari tim peneliti tentang konsep dan tujuan penelitian yang diadakan di puskesmas Muara Langkap dalam mengatasi kesehatan ibu. Penanganan kesehatan ibu yang dimaksud dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Jika hanya melihat output sampai SPM dan cakupan saja maka perdarahan, komplikasi, dan penyakit lain tidak terawasi dan akhirnya terjadi kematian ibu. Prinsip penelitian adalah wanita hamil dianggap normal jika berusia diatas 20 tahun. Kondisi ibu pada waktu partus dianggap sebagai ibu risti maka perlu adannya penanganan khusus. Konsep penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Sehingga ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. Kita juga akan melihat apakah anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS.
Gambar 2. Pelaksanaan FGD kepada ibu hamil
Proses FGD diikuti oleh 3 orang ibu hamil, dimana mereka merupakan kategori ibu risti, 2 orang pernah mengalami keguguran dan 1 orang mempunyai penyakit penyerta, 1 orang dengan kategori risti usia dan 1 orang mempunyai kelaian pinggul sempit. Pada pelaksanaan FGD ini diketahui bahwa ibu tersebut belum pernah mendapatkan penjaringan tentang resiko usia pada ibu hamil. Terdapat 1 orang ibu hamil padahal sudah melakukan KB. Pendampingan khusus bagi ibu hamil risti yang memiliki penyakit khusus seperti dilakukan pemulihan dan pengobatan dahulu belum dilakukan. Pemeriksaan 10 T sebagian belum dilakukan yaitu pada poin pemeriksaan denyut jantung janin karena ketersediaan alat yang belum ada. Pada pemeriksaan laboratorium untuk cek darah sudah dilakukan namun untuk pemeriksaan urine dan USG belum bisa dilakukan karena keterbatasan ketersediaan alat dan SDM yang mengoperasikannya. Puskesmas belum melakukan rujukan terencana terhadap bumil risti, namun sebagaian ibu disarankan bersalin di Puskesmas Muara Langkap namun ibu yang lain disarankan bersalin di RS dan 1 ibu disarankan untuk operasi di RS. Bagi ibu risti untuk rujukan terencana persalinan dilakukan di puskesmas dan RSUD belum dilakukan. Koordinasi antara puskesmas dan RSUD tentang kasus dan HPL ibu Risti belum berjalan.
Gambar 3. Wawancara kepada kepala TU puskesmas, koordinator bidan dan bidan desa
Pertanyaan wawancara kepada kepala puskesmas, koordinator bidan, dan bidan desa dimulai dari penjaringan hingga pelayanan kepada ibu nifas. Tenaga kesehatan harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi (risti) dan mengelola WUS risti tersebut. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS. Ketiga, apakah telah ada penanganan khusus bagi wanita risti dan bumil risti. Keempat, apakah ada penanganan khusus bumil risti, artinya bagaimana rujukan terencananya bumil risti. Kemudian apakah ada pelayanan ekstra bagi daerah terluar yang sulit dijangkau. Terakhir adalah bagaimana pelayanan kesehatan bagi ibu nifas risti. Apakah ibu nifas risti mendapatkan pelayanan ekstra dibandingkan ibu nifas normal.
Gambar 4. Tinjauan ke tempat bersalin di puskesmas dan RTK wilayah puskesmas Muara Langkap
Peneliti mengunjungi rumah tunggu kelahiran yang berada di dekat gedung Puskesmas Muara Langkap. Rumah tunggu kelahiran tersebut merupakan bekas gedung Puskesmas Muara Langkap sebelum pindah ke gedung baru. Gedung rumah tunggu kelahiran tersebut pernah menjadi sengketa sebelum akhirnya dikelola kembali oleh puskesmas. Kondisi bangunan tersebut cukup kokoh dan bersih. RTK cukup luas sehingga cukup untuk keluarga pasien datang menginap saat mengantar. Peralatan di dalam ruang bersalin atau nifas tersebut cukup lengkap. Di dalam rumah tunggu kelahiran tersebut terdapat satu ruang ruang tamu yang sangat luas sehingga dapat digunakan untuk singgah keluarga maupun kerabat pasien. Di dalam rumah tunggu kelahiran terdapat juga ruangan yang digunakan bidan untuk tinggal. Terdapat bidan 24 jam yang siap melayani di rumah tunggu kelahiran tersebut.
Gambar 5. Peninjuan UKS di MAN wilayah Puskesmas Kepahiang
Gambar 5 merupakan kegiatan tanya jawab untuk mendukung data yang diperoleh dari tim peneliti FK-KMK UGM mengenai penjaringan WUS risti serta memotret kerja sama antara puskesmas dan UKS. Kegiatan ini dimulai dari sambutan penjelasan dari serorang tim peneliti tentang masksud dan tujuan datang ke UKS. Kemudian dilanjutkan oleh sesi tanya jawab. puskesmas telah bekerjasama dengan UKS dan rutin 1 – 2 bulan sekali untuk mengunjungi sekolah. Sudah dilakukan kegiatan pemberian penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, bagi siswi putri diberikan Fe, dan penyuluhan kesehatan reproduksi, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala 6 bulan sekali. Namun diperoleh informasi tentang pengawasan langsung oleh UKS & puskesmas meminum tablet FE di sekolah belum dilaksanakan (tanpa pengawasan langsung oleh UKS & puskesmas). Serta mengetahui kerja sama yang dilakukan puskesmas dengan UKS yang ada di MAN. Kondisi UKS untuk ruangan cukup luas walaupun sederhana namun sudah terta dengan rapi.
Reportase: Achmad Djunawan, MPH