Kelayakan Mengendalikan Wabah COVID-19 dengan Isolasi Kasus dan Kontak
Isolasi kasus dan pelacakan kontak digunakan untuk mengendalikan wabah penyakit menular, dan telah digunakan untuk penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Strategi ini akan mencapai kontrol tergantung pada karakteristik patogen dan responsnya. Di sini peneliti menggunakan model matematika untuk menilai apakah isolasi dan pelacakan kontak dapat mengontrol transmisi dan seterusnya dari kasus impor COVID-19.
Peneliti mengembangkan model transmisi stokastik, yang diparameterisasi menjadi wabah COVID-19. Model ini digunakan untuk mengukur potensi efektivitas pelacakan kontak dan isolasi kasus – kasus dalam mengendalikan patogenvirus 2 (SARS-CoV-2) yang mirip sindrom pernafasan akut. Peneliti mempertimbangkan skenario yang bervariasi dalam jumlah kasus awal, jumlah reproduksi dasar (R0), penundaan dari onset gejala ke isolasi, probabilitas bahwa kontak dilacak, proporsi transmisi yang terjadi sebelum onset gejala, dan proporsi subklinis infeksi. Peneliti mengasumsikan isolasi mencegah semua transmisi lebih lanjut dalam model. Wabah dianggap terkendali jika transmisi berakhir dalam waktu 12 minggu atau sebelum total 5.000 kasus. Peneliti mengukur keberhasilan mengendalikan wabah menggunakan isolasi dan pelacakan kontak, dan menghitung jumlah maksimum mingguan yang ditelusuri untuk mengukur kelayakan upaya kesehatan masyarakat.
Dalam skenario mayoritas, pelacakan kontak yang sangat efektif dan isolasi kasus sudah cukup untuk mengendalikan wabah baru COVID-19 dalam waktu 3 bulan. Probabilitas kontrol berkurang dengan penundaan yang lama dari onset gejala ke isolasi, lebih sedikit kasus yang dipastikan dengan pelacakan kontak, dan peningkatan penularan sebelum gejala. Model ini dapat dimodifikasi untuk mencerminkan karakteristik transmisi yang diperbarui dan definisi pengendalian wabah yang lebih spesifik untuk menilai potensi keberhasilan upaya respons lokal. Artikel ini dipublikasikan pada Februari 2020 di The Lancet Global Health