KUPANG – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Kupang yang mulai di alami masyarakat, membuat instansi kesehatan terus bekerja maksimal untuk mencegah penyebaran penyakit ini termaksud mengdukasi warga agar terus menerapakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Di puskesmas Oepoi, kota Kupang, hingga bulan April 2021 lalu baru dilaporkan satu kasus DBD pada bulan April 2021 lalu.
“Saya belum bisa katakan itu peningkatan kasus atau bukan, nanti di konfirmasi dulu ke rumah sakit dimana pasien itu di rawat,” kata kepala puskesmas Oepoi, Nununk Nurdiana kepada pos Kupang, Senin, 3 Mei 2021.
Ia mengatakan, satu kasus ini terjadi sejak seminggu yang lalu dan merupakan warga dari kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Oepoi. Saat ini, dirinya juga belum mendapat laporan lebih detail perihal adanya kasus tersebut.
Ia juga menampik adanya lonjakan kasus DBD di wilayah kerjanya. Pihaknya, terus melakukan edukasi ke masyarakat agar selalu menerapakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penularan DBD.
Dikatakannya, edukasi yang dilakukan oleh puskesmas Oepoi, dilakukan di tempat pengungsian juga di rumah-rumah warga setempat, mengingat pada bulan-bulan seperti saat ini sering terjadi penyakit DBD.
“Kita edukasi ke warga terkait PHBS dan juga pemantauan jentik. Pemantauan ini dilakukan oleh warga sendiri setiap hari, sebisa mungkin mengecek air-air di penampungan itu ada jentik kah tidak,” jelasnya.
Nununk juga mengungkapkan, pihaknya juga bekerjasama dengan lurah setempat untuk melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk yang merupakan salah satu penyebab munculnya penyakit DBD.
Meski demikian, beberapa waktu terakhir adanya warga yang datang memeriksa, terdapat indikasi yang mengarah ke penyakit DBD, namun dirinya tak mau mengdiagnosa proses tersebut lantaran hasil tes menggunakan alat di puskesmas menunjukan hasil negatif.
Ia menerangkan, seseorang dikatakan positif DBD dapat terlihat dengan alat pada hari ke empat pasca ia terkena gejala seperti demam dan panas tinggi.
“Hampir tiap hari ada yang demam, tapi kita punya protab sendiri untuk pemeriksaan, tidak bisa langsung diagnosa meskipun dia sudah ada gejala,” imbuhnya.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dijelaskannya, terdapat perbandingan yang cukup jauh. Pada tahun sebelumnya, kasus DBD di puskesmas Opeoi cukup tinggi dan terjadi pada bulan musim penghujan.
Selain itu, angka covid-19 yang masih ada, diakuinya, juga membuat pihaknya cukup kesulitan. Hal ini dikarenkan, ketika pasien yang dengan gejala panas dan demam disertai gangguan pernafasan, pihaknya tidak bisa menerapkan protab pengobatan DBD namun harus beralih ke protab pemeriksaan covid-19.
Ia juga menghimbau agar masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan dan dalam rumah sebagai langkah pencegahan penyakit DBD ini. (Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi)
Sumber: tribunnews.com