Pandemi COVID-19 telah menyoroti kurangnya ketahanan dalam rantai pasokan, karena jaringan global gagal karena gangguan pada satu node dan koneksi.
Melalui tinjauan umum dari publikasi rantai pasokan vaksin dan farmasi yang ada yang berfokus pada ketahanan, serta makalah terbaru yang melaporkan pemodelan ketahanan dalam rantai pasokan di berbagai bidang, peneliti menemukan bahwa model untuk ketahanan rantai pasokan hanya sedikit dan sebagian besar berfokus pada individu.
Dimensi ketahanan daripada strategi komprehensif yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan distribusi vaksin dalam situasi darurat. Peneliti menemukan bahwa COVID-19 menghasilkan gelombang minat untuk ketahanan rantai pasokan, tetapi publikasi sejak 2020 fokusnya sempit dan sebagian besar bersifat kualitatif; model dan ukuran berbasis bukti jarang terjadi.
Lebih lanjut, publikasi sering berfokus secara eksklusif pada bagian tertentu dari rantai pasokan yang diminati, tidak termasuk jaringan pendukung terkait, seperti transportasi, sosial dan komando dan kontrol (C2) yang diperlukan untuk produksi vaksin dan distribusi yang adil. Kurangnya analisis jaringan ini merupakan celah besar dalam literatur yang perlu dijembatani untuk menciptakan metode analisis waktu nyata dan alat pengambilan keputusan untuk rantai pasokan vaksin COVID-19.
Peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan kuantitatif yang komprehensif untuk ketahanan jaringan yang mencakup rantai pasokan dalam konteks jaringan sosial dan fisik lainnya diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul dari program vaksinasi COVID-19 skala besar.
Peneliti selanjutnya menemukan bahwa pandemi COVID-19 menggarisbawahi perlunya memposisikan ketahanan rantai pasokan dalam konteks multi jaringan dan secara formal memasukkan dimensi temporal ke dalam analisis melalui definisi ketahanan NAS, merencanakan, menyerap, memulihkan, beradaptasi, untuk memastikan kebutuhan penting terpenuhi.
Artikel ini dipublikasikan pada 2020 di Research Gate.
Selengkapnya