JawaPos.com – Guna menekan persebaran virus, sebagian puskesmas di utara mulai melakukan antisipasi. Salah satunya dengan semakin gencar melaksanakan vaksinasi booster.
Puskesmas Sidotopo, Semampir, misalnya. Hingga saat ini, antusiasme masyarakat menjalani vaksinasi dosis ketiga di puskesmas tersebut cukup minim. Koordinator Imunisasi Puskesmas Sidotopo Istiqomah mengatakan, dari target 15 ribu, baru sekitar 45 persen yang menjalani vaksinasi booster. Jauh dibandingkan antusiasme warga dalam mengikuti vaksinasi dosis pertama dan kedua. Hal itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, mereka telah merasa cukup menerima vaksin dosis kedua.
Kemudian, banyak di antara mereka yang termakan informasi hoaks terkait efek samping setelah menjalani vaksinasi booster. Misalnya, merasa pegal, lelah, dan demam tinggi. Padahal, tidak semua orang mengalami efek seperti itu. ’’Lalu, masih ada yang berpikiran vaksin dan nggak vaksin sama saja.
Akibatnya, masih ada warga yang nggak mau divaksin,’’ kata Istiqomah. Terutama masyarakat yang tidak mempunyai kepentingan di area umum. Misalnya, tidak bepergian ke luar kota, mengurus administrasi di kantor pemerintahan atau kepolisian, dan pergi ke pusat perbelanjaan. Jika menuju ke lokasi itu, mereka memang wajib sudah divaksin. Minimal vaksin dosis pertama.
Hingga Rabu (9/2), lanjut Istiqomah, terdapat 27 kasus di lingkungan kerjanya. Semua pasien dirawat di rumah sakit atau isolasi di Hotel Asrama Haji (HAH). Mereka tidak diperbolehkan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah.
Guna menekan angka persebaran Covid-19, vaksinasi terus digenjot. Untuk memberikan kepercayaan kepada warga, seluruh kader kesehatan diterjunkan ke lapangan. Sebagai percontohan, mereka diminta untuk melakukan vaksinasi booster.
Kemudian untuk mempermudah pelaksanaan vaksinasi, puskesmas mendatangi target dari rumah ke rumah. Baik siang maupun malam.
Langkah pencegahan juga dilakukan Puskesmas Simolawang. Kepala Puskesmas Dwi Sapta Edy Purnama mengatakan, tim Swab Hunter kembali diterjunkan. Selain kafe dan area permukiman padat, pasar tradisional menjadi target sasarannya.
Pasar tradisional dinilai rawan memicu kerumunan dan pelanggaran prokes seperti tidak memakai masker. Untuk mengetahui cakupan persebaran, pelanggar prokes yang terjaring langsung di-swab.
’’Selain pasar, kami (Swab Hunter) menyasar sekolah-sekolah. Alhamdulillah, belum ada yang ditemukan positif,’’ kata pria yang akrab disapa dr Edy tersebut.
Sumber: jawapos.com