• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
21 Nov2018

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Cugung Lalang

21/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Cugung Lalang (Non PONED)

17 November 2018

Penelitian manajemen KIA dan kualitas ANC di Puskesmas Bukit Sari diselenggarakan dalam rangka mengidentifikasi gambaran, kondisi dan pelayanan tentang kesehatan Ibu serta akar masalah yang terjadi di Cugung Lalang. Penelitian ini dilakukan oleh 1 orang  peneliti PKMK FK-KMK UGM dan 1 anggota enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Pihak puskesmas Cugung Lalang yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Indriyani (Kepala TU Puskesmas Cugung Lalang), Yunita (koordinator bidan puskesmas Cugung Lalang), Riza Lestari (bidan KIA Puskesmas Cugung Lalang) beserta jajaran staf di Cugung Lalang, serta 4 orang ibu hamil. Agenda penelitian berupa wawancara kepada kepala puskesmas yang digantikan oleh kepala TU, koordinator bidan puskesmas, bidan KIA serta FGD kepada 4 orang ibu hamil risti. Peneliti juga  melihat data sekunder untuk memperkuat data yang diperoleh.

Puskesmas-Cugung-Lalang-1

Gambar 1. Pemaparan penelitian dari tim peneliti

Pertemuan diawali dengan sambutan dari Indriyani Kepala TU Puskesmas di puskesmas Cugung Lalang. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari salah satu tim peneiliti dari PKMK FK-KMK UGM tentang konsep penelitian KIA dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintegrasi dan  terkendali penuh dalam  program  kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Peneliti menekankan jika hanya melihat output sampai SPM dan cakupan saja maka hal tersebut mengakibatkan masih ada perdarahan dan akhirnya terjadi kematian ibu. Tujuan penelitian ini untuk memotret gambaran pelayanan kesehatan ibu dan kondisi kesehatan ibu serta masalah tentang kesehatan ibu di puskesmas Bukit Sari. Prinsip penelitian adalah wanita hamil dianggap normal jika berusia di atas 20 tahun. Kondisi ibu pada waktu partus dianggap sebagai ibu risti maka perlu adannya penanganan khusus. Penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. Kemudian apakah anak SMP dan SMA discreening oleh UKS. Selanjutnya bagaimana pelayanan untuk ibu risti, apakah ada rujukan terencana sampai bagaimana dangan perlakuan pada ibu nifas, serta pemanfaatan Rumah Tunggu kelahiran yang berada sebelum RSUD.

Puskesmas-Cugung-Lalang-2

Gambar 2. Pelaksanaan FGD kepada ibu hamil

Proses FGD diikuti oleh 4 orang ibu hamil dimana mereka merupakan kategori ibu risti, 1 orang memiliki asma, 1 orang lagi mempunyai riwayat anemia, sedangkan 2 orang ibu risti masuk dalam kategori usia dibawah 20 tahun. Pada pelaksanaan FGD ini diketahui bahwa ibu tersebut belum mendapatkan penjaringan tentang resiko usia pada ibu hamil dan 1 orang ibu hamil risti sudah melakukan KB. Tapi pendampingan khusus bagi ibu hamil risti yang memiliki penyakit khusus seperti dilakukan pemulihan dan pengobatan dahulu belum dilakukan seperti bumil risti penyakit asma. Selanjutnya bagi ibu hamil yang anemia hanya dengan pemberian tablet Fe. Pada pemeriksaan 10 T sudah dilakukan namun pada pemeriksaan Laboratorium urine belum dilakukan. Pada pemeriksaan USG dilakukan di dokter spesialis. Ada 1 ibu hamil risti yang belum melakukan pemeriksaan USG. Puskesmas belum melakukan rujukan terencana, ibu hamil risti disarankan bersalin di puskesmas. Rujukan terencana persalinan bagi ibu Risti di puskesmas PONED dan RSUD belum dilakukan. Koordinasi antara puskesmas dan RSUD tentang kasus dan HPL ibu risti belum berjalan.

Puskesmas-Cugung-Lalang-3

Gambar 3. Wawancara kepada kepala TU puskesmas, koordinator bidan dan bidan KIA

Wawancara ini diawali dengan melihat data sekunder seperti profil puskesmas Cugung Lalang, data AMP dan laporan – laporan kegiatan, kemudian dilanjutkan tanya jawab dengan kepala TU puskesmas, koordinator bidan dan bidan KIA. Dari wawancara diketahui tidak ada kematian ibu, tetapi ada kematian bayi pada 2015 sebanyak 1 kasus, sebanyak 3 kasus pada 2016, diikuti 2017 tidak ada kematian bayi sedangkan untuk kematian bayi dan pada 2018 sebanyak 3 kasus. Kematian bayi paling banyak di desa Resta Jaya. Semua bayi meninggal saat di rumah sakit. Desa yang diprioritaskan adalah Desa Cugung Lalang dan Pekalongan karena terdapat kasus ibu hamil risti dengan kategori usia di bawah umur kurang dari 20 tahun. Penjaringan untuk WUS risti SMP sudah dilakukan dan dilaporkan ke bidan koordinator puskesmas namun untuk tindak lanjut tentang WUS risti sebagian belum ada. Pemberian tablet FE dilakukan sebulan sekali namun untuk pemeriksaan dilakukan berkala 6 bulan sekali. UKS belum mempunyai koordinator sehingga puskesmas turun langsung.

ANC sudah dilaksanakan dengan baik, direncanakan dan dimasukkan ke dalam program kerja. Namun untuk pemeriksaan 10 T pada poin pemeriksaan USG belum dilakukan karena ketersediaan alat dan SDM yang memeriksa belum ada. Puskesmas belum memiliki program rujukan bagi bumil risti. Semua bumil yang tidak mendapatkan kartu JKN KIS/BPJS mendapat pelayanan persalinan gratis yaitu jampersal. Persalinan dilakukan di Puskesmas Cugung Lalang, sebagian ibu risti melakukan persalinan di puskesmas. Rumah tunggu kelahiran belum pernah dimanfaatkan karena jarak RS Ponek dekat. Waktu yang diperlukan dari puskesmas ke RS hanya sekitar 15 menit. Pelayanan ibu nifas merupakan tugas bidan desa yang terkait dengan dana kapitasi. Puskesmas belum memiliki call center resmi yang dapat digunakan oleh semua bidan desa atau puskesmas ke RS. Namun ada call center bagi masyarakat untuk ke puskesmas.

Puskesmas-Cugung-Lalang-4

Gambar 4. Tinjauan ke ruang bersalin puskesmas cugung lalang

Peninjauan ruang bersalin ini dilakukan untuk melihat kondisi ruang bersalin yang digunakan ibu hamil normal dan ibu hamil risti. Ibu hamil menjelang partus dan pasca persalinan tidak ada yang menginap di puskesmas, karena hanya digunakan sebagai ruang saat bersalin, kemudian setelah 6 jam persalinan ibu langsung dibawa pulang ke rumah. Tempat bersalin dan peralatan yang digunakan untuk menolong persalinan masih sangat sederhana.

Reporter: Rima

Continue Reading No Comments

21 Nov2018

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Talang Babatan

21/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Talang Babatan

15 November 2018

Penelitian pada Puskesmas Talang Babatan diselenggarakan dalam rangka untuk mengidentifikasi gambaran, kondisi dan akar masalah serta memotret pelayanan tentang kesehatan Ibu di Talang Babatan. Penelitian ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK-KMK UGM 1 orang, 1 anggota enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang dan pihak puskesmas Talang Babatan, yaitu kepala puskesmas ( Ns. Susana . S/Kep), bidan koordinator, bidan bagian KIA,  dengan agenda penelitian berupa wawancara kepada kepala puskesmas, bidan koordinator puskesmas, serta bidan desa. Peneliti juga melihat data sekunder yang memperkuat data yang diperoleh.

Puskesmas-Talang-1

Gambar 1. Pemaparan penelitian oleh tim peneliti

Pertemuan diawali dengan penjelasan tentang tujuan datang ke puskesmas Talang Babatan, konsep dan tujuan penelitian yang diadakan di puskesmas dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Penelitian ini untuk memotret gambaran pelayanan kesehatan ibu dan kondisi kesehatan ibu serta masalah tentang kesehatan ibu di puskesmas. Prinsip penelitian adalah wanita hamil dianggap normal berusia di atas 20 tahun. Proses penjaringan pada konsep penelitian ini dimulai dari penjaringan WUS risti sampai ke ibu nifas. Dimana kondisi ibu pada waktu partus dianggap sebagai ibu risti maka perlu adanya penanganan khusus. Penjaringan WUS dan pemberian tablet tambah darah (TTD) anak SMP dan SMA discreening oleh UKS. Jika diperkenanakan tim peneliti bisa langsung observasi ke UKS. Harapan untuk Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) digunakan untuk ibu partus dan ibu nifas.

Puskesmas-Talang-2

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, bidan koordinator, penanggung jawab KIA

Pertemuan diawali  dengan sambutan dari kepala puksesmas dan selanjutnya dilakukan presentasi tentang apa yang ingin dipotret dan ditanyakan pada penelitian ini.  Wilayah kerja Puskesmas Talang babatan sendiri mencakup 13 desa, 8 SD, 2 SMP, 1 SMK. Akses ke puskesmas sudah baik tidak seperti dulu bebatuan, baru 1 bulan terakhir jalan di aspal. Berdasarkan SK – nya Puskesmas Talang Babatan adalah puskesmas PONED, namun faktanya puskesmas hanya melayani hingga pukul14:30 WIB. Sudah tersedia ruang rawat inap namun tidak difungsikan dan aliran listik tidak ada serta air juga sulit. Puskesmas baru menempati tempat baru selama 4 tahun terakhir. Sebelumnya puskesmas ada rawat inap di tempat yang lama dan ketika pindah tempat baru belum berfungsi lagi. Berdasarkan peringkat Puskesmas Talang Babatan mendapat penghargaan peringkat ke 2 terendah AKI dan AKB sekabupaten Kepahiang.

Peralatan USG tersedia di Puskesmas Talang Babatan, namun tidak ada tenaga yang mampu mengoperasikannya. Sementara untuk Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) pada 2017 lalu sempat ada yang disewakan oleh dinas dan dipergunakan bumil dan nifas beberapa kali, namun setelah tidak dibayar sewa lagi oleh dinas, rumah tunggu itu tidak dipergunakan lagi.

Puskesmas-Talang-3

Gambar 3. Ruang baru rawat inap untuk bayi yang belum di fungsikan

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan 3 bumil beresiko. Bumil pertama dengan umur 34 tahun, menggunkan KB kondom. Keluhan setiap setelah melahirkan selalu pendarahan, untuk sekarang ibu hamil anak ke 3 dengan jarak kehamilan 17 bulan. Bumil ini tidak meminum tablet Fe karena selalu merasa pusing dan mual ketika meminum tablet Fe.  Bumil kedua kehamilan anak kedua dengan riwayat tumor payudara. Saat kehamilan ini berhenti minum obat untuk tumornya. Jarak antara kehamilan pertama dan kedua adalah 7 tahun. Bumil ketiga berusia 40 dengan kehamilan anak pertama, menikah sudah 15 tahun baru mempunyai anak dan tidak KB. Pada kasus kematian bayi, di Puskesmas Talang Babatan tercatat 4 yang BBLR PEROktober 2018 tapi sudah bisa diatasi.

Puskesmas-Talang-4

Gambar 4. Wawancara denga bumil risti

Penjaringan WUS dan PUS tidak dilaksanakan karena petugas merasa dengan adanya MOU kerja sama dengan KUA jadi bisa mengedukasi dan menjaring dari kegiatan catin yang periksa ke puskesmas. Penjaring WUS di SD dengan memberikan penyuluhan cara cuci tangan, sikat gigi, makanan 4 sehat 5 sempurna dan edukasi kesehatan reproduksi remaja. Melakukan kunjungan ke SD yang UKS nya sudah menjadi gudang dan jumlah siswa kelas 1-6 adalah 45 orang. Sementara untuk mengunjungi SMP dan SMA perlu ada surat terlebih dahulu.

Puskesmas-Talang-5

Gambar 5. Wawancara dengan siswi di SD dan UKS yang telah jadi gudang

Hasil wawancara dengan penanggung jawab tentang KIA di bidang UKS, bahwa untuk siswi SMP yang telah terjaring pada awal tahun ajaran baru sudah diperiksa tekanan darah, tinggi badan, berat badan dan pemberian tablet Fe nya diminum di sekolah dengan didampingi guru UKS – nya, maju ke depan kelas  satu per satu setelah meminum obat baru di centak di buku UKS – nya.

 

Reportase: Anita Meiriana, MPH

Continue Reading No Comments

21 Nov2018

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Keban Agung

21/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Keban Agung

14 November 2018

 

Penelitian manajemen KIA dan Kualitas ANC di Puskesmas Keban Agung bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran, kondisi dan akar masalah penyebab kematian ibu. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana pelayanan kesehatan Ibu di Keban Agung. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti PKMK FK – KMK UGM, dimana yang terlibat untuk melakukan proses observasi dan wawancara  sebanyak 1 orang. Peneliti didampingi oleh 1 orang enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Metode penelitian melalui wawancara dengan kepala puskesmas, bidan koordinator puskesmas, bidan desa serta mengumpulkan data sekunder untuk memperkuat informasi yang diperoleh. Pihak Puskesmas Keban Agung yang menjadi narasumber dalam proses wawancara yaitu Bangun H (kepala puskesmas Keban Agung), Derman I (Kepala TU Puskesmas Keban Agung), Nurini (bidan koordinator puskesmas Keban Agung), petugas medis beserta ahli gizi dan bidan – bidan desa yang berada di Keban Agung, serta 3 orang ibu hamil.

Puskesmas-Keban-Agung-1

Gambar 1. Pemaparan dan wawancara penelitian dari tim peneliti

Pada awal proses wawancara, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Peneliti memaparkan bahwa melalui penelitian ini akan menghasilkan informasi yang akurat untuk kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka mengatasi kasus kematian Ibu di puskesmas Keban Agung. Penanganan kasus tersebut dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Prinsip penelitian adalah wanita hamil dianggap normal jika di atas usia 20 tahun. Pada konsep penelitian dimulai dari penjaringan WUS risti sampai ke ibu nifas. Kondisi ibu pada waktu partus dianggap sebagai ibu risti, maka perlu dilakukan penanganan khusus. Penjaringan WUS anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS. Maka jika diperkenanakan tim peneliti bisa observasi langsung ke UKS. Harapannya adalah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang tersedia digunakan untuk ibu partus dan nifas. Peneliti sebelumnya sudah melihat data profil Puskesmas Keban Agung dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Puskesmas-Keban-Agung-2

Gambar 2. Wawancara kepada kepala puskesmas, kepala TU puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa, ahli gizi.

Dari wawancara diketahui bahwa terdapat satu kasus kematian ibu pada tahun 2014. Kematian terjadi pada saat pasca persalinan hari ke 9 yang disebabkan karena ada perdarahan/ eklamsia. Ibu sempat mengalami koma dan hingga akhirnya meninggal di rumah. Sebelumnya ibu sudah sempat dirujuk di RSUD namun setelah seminggu dibawa pulang ke rumah.

Di wilayah kerja Puskesmas Keban Agung terdapat 3 SMP, 1 SMA dan 1 SMK. Kegiatan penjaringan WUS belum bisa dilakukan secara lengkap seperti pemeriksaan HB karena belum tersedia alat pemeriksaanya. Hasil dari penjaringan WUS risti belum memiliki laporan secara khusus ke puskesmas atau bidan koordinator. Pemberian tablet Fe dilakukan sebulan sekali. UKS belum mempunyai koordinator sehingga puskesmas turun langsung dimana pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun sekali. Semua desa diperlakukan sama sesuai program kerja puskesmas dan tidak ada perlakuan prioritas terhadap desa bermasalah. Sejak awal perencanaan program KIA berkolaborasi dengan bidang gizi dan promkes. Program tersebut berupa pemantauan dan konseling Keluarga Berencana bagi pasangan usia subur. Sejauh ini terdapat bumil risti di wilayah kerja Puskesmas Keban Agung. Bumil risti KEK dan ada riwayat penyakit paru mendapatkan perlakuan khusus dari pihak puskesmas.

Program ANC sudah dilaksanakan dengan baik, direncanakan dan dimasukkan ke dalam program kerja. Namun untuk pemeriksaan 10 T pada poin pemeriksaan USG belum dilakukan karena ketersediaan alat dan SDM yang memeriksa belum ada. Belum ada program rujukan bagi bumil risti. Semua bumil yang tidak mendapatkan kartu JKN KIS/BPJS mendapat pelayanan persalinan gratis yaitu jampersal. Persalinan dilakukan di puskesmas Keban Agung dan di bidan desa/ BKM. RTK digunakan bagi ibu pasca persalinan atau ibu nifas, bagi ibu hamil menjelang partus akan menginap ketempat saudara yang terdekat dengan puskesmas.

Puskesmas Keban Agung merupakan puskesmas PONED 24 jam dan untuk dokter biasanya on call. Puskesmas Keban Agung belum memiliki dokter spesialis kandungan, selama ini penanganan ibu hamil hanya dilakuakan oleh bidan. Rujukan terencana khususnya bagi pasien jampersal melewati dinas kesehatan terlebih dahulu kemudian ke rumah sakit. Koordinassi tentang HPL dan kondisi risti antara puskesmas dan RS belum ada.

Puskesmas-Keban-Agung-3

Gambar 3. FGD ibu hamil di Puskesmas Keban Agung

Proses FGD dengan 3 orang ibu hamil ini didampingi oleh bidan koordinator. Diantaranya 2 orang ibu hamil termasuk dalam kategori ibu risti karena KEK karena LILA nya kurang, sedangkan untuk 1 orang ibu hamil risti dikarenakan jarak kehamilan terlalu dekat dengan kehamilan terakhir. Bagi ibu hamil dengan kategori risti KEK akan melahirkan di puskesmas namun untuk ibu hamil karena paritas rencana persalinan di RS.  Pada pelaksanaan FGD ini diketahui bahwa ibu tersebut belum pernah mendapatkan kegiatan penjaringan seperti penyuluhan tentang resiko usia pada ibu hamil. Puskesmas melakukan kegiatan konseling dalam mengatasi persalinan ibu risti namun mereka belum mengkoordinasikan dengan RSUD HPL ibu risti tentang rujukan terencana untuk persalinan risti ke RSUD. Pemeriksaan ANC 10 T dilakukan semua namun per poin dilakukan kurang lebih 3 – 15 menit.

Puskesmas-Keban-Agung-4

Gambar 4. Peninjauan Kondisi Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah puskesmas Keban Agung

Peninjauan langsung ke RTK ini dilakukan untuk mengetahui dan memotret kondisi RTK apakah layak, alat dan SDM – nya ada atau tidak. RTK ini dimanfaatkan bagi ibu hamil khususnya bumil risti dan ibu hamil yang akses ke puskesmas jauh biasanya hanya 3 hari. Untuk kondisi akses dari puskesmas ke RTK tidak bisa dilalui kendaraan jadi bagi ibu hamil yang kesana harus digendong oleh pihak keluarga. Salah satu permasalahan di RTK yaitu tentang ketersediaan air. Puskesmas sudah mencoba membuat sumur bor dengan kedalam 75 – 80 meter, namun hasilnya nihil, kemudian memasang PDAM akan tetapi air masih tidak keluar karena pipa dari pusat kota Kepahiang ke Keban Agung banyak yang bocor. Sehingga ketika terjadi kasus emergensi atau persalinan di puskesmas dan perawatan di RTK pasien harus membawa sendiri dari rumah dan bila dana dari dinkes belum keluar paisen biasanya menggunakan uang pribadi terlebih dahulu.

 

Reportase: Rima Yunitasari, MPH

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Kabawetan

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Kabawetan (Non PONED)

16 November 2018

 

Penelitian manajemen KIA dan kualitas ANC di Puskesmas Kabawetan diselenggarakan untuk mengidentifikasi gambaran, kondisi dan akar masalah serta memotret pelayanan tentang kesehatan Ibu di wilayah kerja Puskesmas Kabawetan. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti PKMK UGM 1 orang dan 1 anggota enumerator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Pihak Puskesmas Kebawetan yang terlibat dalam penelitian ini yaitu perwakilan kepala puskesmas, koordinator bidan, bidan KIA serta 3 orang ibu hamil. Agenda penelitian ini berupa penjelasan, wawancara kepada koordinator bidan puskesmas dan bidan desa KIA, serta FGD dengan 3 ibu hamil. Peneliti melihat data sekunder untuk memperkuat data yang diperoleh.

Puskesmas-Kabawetan-1

Gambar 1. Pemaparan penelitian dari tim peneliti

Pertemuan diawali dengan sambutan dari dokter Puskemas Kabawetan dilanjutkan dengan sambutan dari dinas kesehatan, dan penjelasan dari tim peneliti tentang konsep dan tujuan penelitian yang diadakan di Puskesmas Kabawetan. Penelitian ini bertujuan mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Orientasi pada output sendiri digunakan untuk mengatasi kematian pada ibu. Jika sebatas melihat output hanya sampai SPM dan cakupan saja maka kematian ibu ataupun anak tidak akan bisa diselesaikan. Penelitian ini sendiri memotret gambaran pelayanan kesehatan ibu dan kondisi kesehatan ibu serta masalah kesehatan ibu di Puskesmas Kabawetan. Konsep dalam penelitian ini adalah bagaimana menjaring wanita usia subur risiko tinggi dan bagaimana mengelolanya, sampai pelayanan ibu nifas.

Puskesmas-Kabawetan-2

Gambar 2. Pelaksanaan FGD kepada ibu hamil

Proses FGD diikuti oleh 3 orang ibu hamil dan mereka merupakan kategori ibu risti, satu orang pernah mengalami keguguran dan 2 orang mempunyai penyakit penyerta. Ibu hamil melakukan konsultasi rutin, 2 orang ibu hamil risti menggunakan KB suntik dan satu ibu menggunakan KB kondom. Terdapat perlakuan khusus bagi ketiga ibu risti seperti konsultasi, kunjungan, dan pengobatan bila memungkinkan.  Ada perlakuan khusus untuk bumil risti termasuk setelah nifas, didatangi bidan desa pagi dan sore saat nifas termasuk memandikan bayi. 2 orang ibu hamil direncanakan untuk SC di RSUD Curup, sudah diminta untuk menyiapkan donor darah. Sedangkan untuk  ibu hamil risti yang lain direncanakan untuk melakukan persalinan di puskesmas agar rujukan mudah. Pelayanan di Puskesmas kabawetan lebih bagus  dibandingkan Puskesmas Pasar Kepahiang, bidan wilayah kerja (wilker) Puskesmas Kabawetan selalu mencari bumil untuk ANC. Bumil menyatakan bahwa pelayanan puskesmas sudah bagus, dan berharap agar puskesmas mempertahankan pelayanan prima.

Puskesmas-Kabawetan-3

Gambar 3. Wawancara kepada koordinator bidan dan bidan KIA

Peneliti melakukan wawancara kepada koordinator bidan dan bidan desa. Pertanyaan wawancara dimulai dari penjaringan sampai pelayanan kepada ibu nifas. Tenaga kesehatan harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi (risti) dan mengelola WUS risti tersebut. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA di – screening oleh UKS. Ketiga, apakah telah ada penanganan khusus bagi wanita risti dan bumil risti. Keempat, apakah ada penanganan khusus bumil risti, artinya bagaimana rujukan terencananya bumil risti. Kemudian apakah ada pelayanan ekstra bagi daerah prioritas. Terakhir adalah bagaimana pelayanan kesehatan bagi ibu nifas risti. Apakah ibu nifas risti mendapatkan pelayanan ekstra dibandingkan ibu nifas normal. Berdasarkan wawancara, belum ada rujukan terencana dan belum menggunakan call center. Penjaringan, dan pelayanan antenatal serta nifas di Puskesmas Kebawetan sangat baik. Pasien dan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kebawetan pernah memanfaatkan RTK yang berada di dekat RS Kepahiang walau hanya satu kali.

 

Reportase : Achmad Djunawan, MPH

 

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Muara Langkap

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Puskesmas Muara Langkap (Non PONED)

15 November 2018

 

Penelitian manajemen KIA dan kualitas ANC di Puskesmas Muara Langkap bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran, kondisi dan akar masalah serta memotret pelayanan tentang kesehatan Ibu. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti PKMK FK-KMK UGM 2 orang, 1 anggota enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Pihak puskesmas Muara Langkap yang menjadi narasumber yaitu kepala puskesmas, koordinator bidan, bidan desa, bidang gizi dan bidang promkes. serta 3 orang ibu hamil. Agenda penelitian ini berupa wawancara kepada kepala puskesmas, koordinator bidan puskesmas, bidan desa. Peneliti melihat kondisi puskesmas dan data sekunder untuk memperkuat informasi yang diperoleh.

Puskesmas-Muara-Langkap-1

Gambar 1. Pemaparan penelitian dari tim peneliti

Pertemuan diawali dengan sambutan dari dokter Taufan selaku Kepala Puskesmas Muara Langkap dilanjutkan dengan penjelasan dari tim peneliti tentang konsep dan tujuan penelitian yang diadakan di puskesmas Muara Langkap dalam mengatasi kesehatan ibu. Penanganan kesehatan ibu yang dimaksud dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Jika hanya melihat output sampai SPM dan cakupan saja maka perdarahan, komplikasi, dan penyakit lain tidak terawasi dan akhirnya terjadi kematian ibu. Prinsip penelitian adalah wanita hamil dianggap normal jika berusia diatas 20 tahun. Kondisi ibu pada waktu partus dianggap sebagai ibu risti maka perlu adannya penanganan khusus. Konsep penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Sehingga ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. Kita juga akan melihat  apakah anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS.

Puskesmas-Muara-Langkap-2

Gambar 2. Pelaksanaan FGD kepada ibu hamil

Proses FGD diikuti oleh 3 orang ibu hamil, dimana mereka merupakan kategori ibu risti, 2 orang pernah mengalami keguguran dan 1 orang mempunyai penyakit penyerta, 1 orang dengan kategori risti usia dan 1 orang mempunyai kelaian pinggul sempit. Pada pelaksanaan FGD ini diketahui bahwa ibu tersebut belum pernah mendapatkan penjaringan tentang resiko usia pada ibu hamil. Terdapat 1 orang ibu hamil padahal sudah melakukan KB. Pendampingan khusus bagi ibu hamil risti yang memiliki penyakit khusus seperti dilakukan pemulihan dan pengobatan dahulu belum dilakukan. Pemeriksaan 10 T sebagian belum dilakukan yaitu pada poin pemeriksaan denyut jantung janin karena ketersediaan alat yang belum ada. Pada pemeriksaan laboratorium untuk cek darah sudah dilakukan namun untuk pemeriksaan urine dan USG belum bisa dilakukan karena keterbatasan ketersediaan alat dan SDM yang mengoperasikannya. Puskesmas belum melakukan rujukan terencana terhadap bumil risti, namun sebagaian ibu disarankan bersalin di Puskesmas Muara Langkap namun ibu yang lain disarankan bersalin di RS dan 1 ibu disarankan untuk operasi di RS. Bagi ibu risti untuk rujukan terencana persalinan dilakukan di puskesmas dan RSUD belum dilakukan. Koordinasi antara puskesmas dan RSUD tentang kasus dan HPL ibu Risti belum berjalan.

Puskesmas-Muara-Langkap-3

Gambar 3. Wawancara kepada kepala TU puskesmas, koordinator bidan dan bidan desa

Pertanyaan wawancara kepada kepala puskesmas, koordinator bidan, dan bidan desa dimulai dari penjaringan hingga pelayanan kepada ibu nifas. Tenaga kesehatan harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi (risti) dan mengelola WUS risti tersebut. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS. Ketiga, apakah telah ada penanganan khusus bagi wanita risti dan bumil risti. Keempat, apakah ada penanganan khusus bumil risti, artinya bagaimana rujukan terencananya bumil risti. Kemudian apakah ada pelayanan ekstra bagi daerah terluar yang sulit dijangkau. Terakhir adalah bagaimana pelayanan kesehatan bagi ibu nifas risti. Apakah ibu nifas risti mendapatkan pelayanan ekstra dibandingkan ibu nifas normal.

 Puskesmas-Muara-Langkap-4

Gambar 4. Tinjauan ke tempat bersalin di puskesmas dan RTK wilayah puskesmas Muara Langkap

Peneliti mengunjungi rumah tunggu kelahiran yang berada di dekat gedung Puskesmas Muara Langkap. Rumah tunggu kelahiran tersebut merupakan bekas gedung Puskesmas Muara Langkap sebelum pindah ke gedung baru. Gedung rumah tunggu kelahiran tersebut pernah menjadi sengketa sebelum akhirnya dikelola kembali oleh puskesmas. Kondisi bangunan tersebut cukup kokoh dan bersih. RTK cukup luas sehingga cukup untuk keluarga pasien datang menginap saat mengantar. Peralatan di dalam ruang bersalin atau nifas tersebut cukup lengkap. Di dalam rumah tunggu kelahiran tersebut terdapat satu ruang ruang tamu yang sangat luas sehingga dapat digunakan untuk singgah keluarga maupun kerabat pasien. Di dalam rumah tunggu kelahiran terdapat juga ruangan yang digunakan bidan untuk tinggal. Terdapat bidan 24 jam yang siap melayani di rumah tunggu kelahiran tersebut.

Puskesmas-Muara-Langkap-5

Gambar 5. Peninjuan UKS di MAN wilayah Puskesmas Kepahiang

Gambar 5 merupakan kegiatan tanya jawab untuk mendukung data yang diperoleh dari tim peneliti FK-KMK UGM mengenai penjaringan WUS risti serta memotret kerja sama antara puskesmas dan UKS. Kegiatan ini dimulai dari sambutan penjelasan dari serorang tim peneliti tentang masksud dan tujuan datang ke UKS. Kemudian dilanjutkan oleh sesi tanya jawab. puskesmas telah bekerjasama dengan UKS dan rutin 1 – 2 bulan sekali untuk mengunjungi sekolah. Sudah dilakukan kegiatan pemberian penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, bagi siswi putri diberikan Fe, dan penyuluhan kesehatan reproduksi, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala 6 bulan sekali. Namun diperoleh informasi tentang pengawasan langsung oleh UKS & puskesmas meminum tablet FE di sekolah belum dilaksanakan (tanpa pengawasan langsung oleh UKS & puskesmas). Serta mengetahui kerja sama yang dilakukan puskesmas dengan UKS yang ada di MAN. Kondisi UKS untuk ruangan cukup luas walaupun sederhana namun sudah terta dengan rapi.

 

Reportase: Achmad Djunawan, MPH

Continue Reading No Comments

  • 1
  • ...
  • 173
  • 174
  • 175
  • 176
  • ...
  • 270

Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar