• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
19 Nov2018

Kunjungan Rumah Tunggu Kelahiran di Kecamatan Kepahiang

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Kunjungan Rumah Tunggu Kelahiran di Kecamatan Kepahiang

13 November 2018

 

Kunjungan pada Rumah Tunggu Kelahiran diselenggarakan dalam rangka mengetahui gambaran, kondisi serta memotret pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran. Kunjungan ini diikuti oleh 3 orang tim peneliti PKMK FK – KMK UGM dan3 anggota enumenator dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang. Agenda Kunjungan ini berupa visitasi dan mengidentifikasi pemanfaatan rumah tunggu kelahiran.

RTK-Kecamatan-Kepahiang-1

Gambar 1. Tinjauan tim peneliti ke rumah tunggu kelahiran

Gambar 1 merupakan tampilan depan rumah tunggu kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran yang berada di dekat Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang. Rumah tunggu tersebut disediakan gratis bagi masyarakat di wilayah Kepahiang. Pada spanduk tertulis bahwa rumah tunggu kelahiran dibuka 24 jam tetapi saat tim peniliti datang, rumah tunggu dalam keadaan tertutup. Kondisi rumah tunggu saat tim datang sedang terkunci, sedangkan pemegang kunci tidak berada di lokasi. Selain itu, tidak terpasang informasi kontak yang bisa dihubungi.

 

Reportase: Achmad Djunawan, MPH

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di RSUD Kepahiang Kabupaten Kepahiang

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di RSUD Kepahiang Kepahiang, Kabupaten Bengkulu

12 November 2018

Kunjungan penelitian di RSUD Kepahiang diselenggarakan dalam rangka menjelaskan tentang penelitian untuk mengatasi permasalahan KIA di kepahiang dan mengumpulkan data penelitian. Pengumpul data yaitu 1 tim dari PKMK UGM didampingi 1 orang dari dinas. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 2-3 jam. Kunjungan ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK-KMK UGM petugas RSUD baik direktur, staf, bidan dan UTD  RSUD, Tim PKMK dalam kunjungan penelitian ini memberikan penjelasan tentang fokus penelitian yaitu pada pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak.

RSUD-Kepahiang-1

Gambar 1. Wawancara dengan direktur RSUD Kepahiang

Kunjungan diawali dengan penjelasan dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Karena bila fokus pada output (SPM) saja masih banyak terjadi jumlah angka kesakitan. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya Dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing-masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya Pos Komando. Dengan adanya Pos Komando ini diharapkan program-program KIA ada yang mengawasi. Pada pos komando ini bisa mengerahkan mahasiswa kesehatan yaitu dengan sasaran AKI.

RSUD Kepahiang merupakan RSUD rujukan yang menerima pasien daerah wilayah kabupaten kepahiang dan wilayah perbatasan kabupaten kepahiang. Wawancara yang dilakukan kepada direktur RSUD ibu dr. Feby menyampaikan bahwa RSUD menerima pasien dari wilayah manapun, ditangani tanpa ada perbedaan. Kelemahan pada rujukan bumil risti ketika wawancara dengan Feby masih terkait dengan koordinasi dan komunikasi antar instansi sebagai contoh tiba – tiba bidan datang ke rumah sakit dengan ibu yang sudah mendekatipartus. Untuk call center ada namun belum aktif tapi masyarakat, bidan bisa menghubungi nomor IGD yang ada dan aktif 24 jam, akan ada petugas yang menjawab.  Untuk kejadian emergency, puskesmas menyediakan 2 dokter spesialis yang bergantian melayani. Dokter spesialis ini bekerja on call tinggal 5 km dari RSUD 7 menit perjalanan ke RSUD. Tim OK di RSUD melayani 24 jam dan memiliki 2 ruang OK.  RSUD mendahulukan pasien emergency  dengan koordinasi antar dokter.

Sosialisasi belum maksimal, yang terjadi di puskesmas bidan yang bekerja sudah SKM tidak praktek, namun berpraktek di rumah. Bidan diundang sebagai ikatan bidan indonesia (IBI).  Solusi dari RSUD melakukan kegiatan untuk bidan dengan dianggarkan oleh dinas, rumah sakit hanya sebagai fasilitator, dan kegiatan rutin dilakukan 3 bulan sekali. RSUD melakukan kegiatan yang difasilitasi BPJS dalam meningkatkan kelimuan ilmu bidan, dilatih dengan dokter spesialis, baru dilakukan 1 kali 2 tahun yang lalu.

Anggota tim peneliti melakukan wawancara kepada kepala poli kebidanan yang ada di RSUD Kepahiang terkait dengan koordinasi dengan bidan dan puskesmas, manajemen rujukan.

RSUD-Kepahiang-2

Gambar 2. Wawancara dengan poli kebidanan

Anggota tim peneliti melakukan wawancara dengan  Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD kepahiang terkait bagaimana stok darah di RSUD, koordinasi dengan PMI mana saja, kendala apa yang dihadapi dalam ketersediaan stok darah, penyimpanan, ketersediaan sarana dan prasarana.

RSUD-Kepahiang-3

Gambar 3. Wawancara dengan kepala UTD RS

 

Reportase: Anita Meiriana, MPH

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di Puskesmas Tebat Karai Kabupaten Kepahiang

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di Puskesmas Tebat Karai Kabupaten Kepahiang, Bengkulu

13 November 2018

Kunjungan penelitian di Puskesmas Tebat Karai diselenggarakan dalam rangka menjelaskan tentang penelitian untuk mengatasi permasalahan KIA di Kepahiang dan mengumpulkan data penelitian. Pengumpul data yaitu 1 tim dari PKMK UGM didampingi 1 orang dari dinas. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 2 – 3 jam. Kunjungan ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK-KMK UGM, petugas RSUD baik kapus, staf, bidan dan bumil risti, Tim PKMK dalam kunjungan penelitian ini memberikan penjelasan tentang fokus penelitian yaitu pada pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak.

Puskesmas-Tebat-Karai-1

Gambar 1. Pemaparan penelitian oleh tim peneliti

Kunjungan diawali dengan penjelasan dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Karena bila fokus pada output (SPM) saja masih banyak terjadi jumlah angka kesakitan. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing – masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya Pos Komando. Dengan adanya Pos Komando ini diharapkan program-program KIA ada yang mengawasi. Pada pos komando ini bisa mengerahkan mahasiswa kesehatan yaitu dengan sasaran AKI.

Untuk fokus penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Yang kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA discreening oleh UKS. Jadi berfikir mulai dari hulu. Kemudian nanti kita akan cek 10 T. Mekanisme rujukan terencana dan rujukan emergency sudah jalan apa belum itu juga akan dicek. WUS SMP, SMA apabila sudah akhir baligh harus dipersiapkan dahulu bila ada anemia, TB atau penyakit lainnya harus diobati dulu. Sedangkan untuk WUS Risti harus ditangani terlebih dahulu. Bila ada Ibu Resiko Tinggi (Risti) harus ada rujukan terencana baik rujukan ketika hamil maupun pada saat partus. Dan untuk ibu Risti yang operasi caesar sudah harus ada rujukan terencana dengan RS, Rujukan tidak harus rumah sakit bisa saja dirujuk di Puskesmas Poned. Melakukan penjaringan terhadap catin risti juga dilakukan di Puskesmas.

Puskesmas-Tebat-Karai-2

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, bidan koordinator, penanggung jawab UKM

Semua wilayah menjadi prioritas puskesmas khususnya untuk ibu yang tidak melakukan KB. Indikator kematian ibu di Puskesmas Tebat karai, belum tercapai karena ada 2 desa yang bumil ristinya bersalin sendiri. Desa tersebut adalah desa Tebing Penyamun dan desa Peranduan Binjai.

Puskesmas melakukan inovasi kegiatan untuk ibu hamil dengan dimulai dari desa Peraduan Binjai dengan melakukan pembinaan yang bekerja sama dengan ibu hamil, suami, kader, dan kades yang ada. Desa Peraduan Binjai sendiri memiliki kades yang kooperatif yang mau membantu warganya untuk mengantar cek kehamilan hingga waktu melahirkan dan membantu bidan desa serta puksesmas untuk home visit ke rumah bumil risti. Setelah wilayah ini berhasil, petugas puskesmas akan melakukan ke desa yang lain. Untuk ibu hamil diberi arahan dari puskesmas agar melaporkan 4 pendonor untuk 1 ibu hamil.

Puskesmas melakukan MoU dengan KUA, untuk edukasi pranikah, konseling dan pengarahan terhadap pasangan yang menikah di bawah umur 20 tahun. Puskesmas Tebat Karai mempunyai wilayah kerja 9 SD, 2 SMP, dan 1 SMA. Kegiatan yang dilakukan adalah penjaringan kesehatan padaawal tahun, untuk anak SD dibuat kader doketer kecil yang diberi pelatihan seperti merawat luka. Pemeriksaan secara berkala untuk anak SMP dan SMA adapun jenis pemeriksaannya adalah:

  1. Pemeriksaan kebersihan diri
  2. Status gizi
  3. Tanda vital (suhu tubuh, tekanan darah, pernafasan, denyut nadi, jantung dan paru)
  4. Gangguan kesehatan mata (ketajaman pengliahatan, resiko infeksi dan buta warna)
  5. Gangguan pendengaran
  6. Gangguan kesehatan gigi dan mulut
  7. Gaya hidup
  8. Kebugaran jasmani
  9. Kesehatan mental
  10. Kesehatan intelegensi
  11. Kesehatan reproduksi

Puskesmas-Tebat-Karai-3

Gambar 3. Wawancara denga bumil risti

Bumil risti yang datang dengan umur 15 tahun, 36 tahun dan 18 tahun. Bumil yang berumur 15 tahun memiliki resiko dalam persalinannya dan telah mendapatkan edukasi dari bidan desa. Bumil yang berumur 36 tahun sudah pernah keguguran anak ke 3 dan ini kehamilan yang ketiga

Puskesmas Tebat Kerai pada 2017 memiliki kasus ibu yang persalinannya sendiri ada 2 ibu di desa Tebing Penyamun:

  • Usia ibu 30 tahun ( melahirkan sendiri tanpa dibantu nakes pada umur 29 tahun), persalinan sendiri dilakukan pada saat anak ke – 3, jarak antara anak kedua dan ketiga masing – masing 1,5 tahun, persalinan sendiri terjadi tidak ada unsur kesengajaan karena suami sudah mencari bantuan mobil untuk ke puskesmas namun sudah keburu melahirkan di rumah.
  • Usia ibu 25 tahun ( melahirkan umur 24 tahun dan persalinan dibantu oleh suami), persalinan sendiri dilakukan pada saat anak ke 3, jarak antara anak pertama kedua dan ketiga masing – masing 2 tahun. Ibu menyatakan sebenarnya ada keluhan pada saat usia kehamilan 8 bulan, namun konsultasi ke dokter di USG dan diberi obat penahan. Namun saat pengeluaran plasenta dibantu ibu bidan desa.

 Puskesmas-Tebat-Karai-4

Gambar 4. Melakukan kunjungan ke rumah ibu yang melakukan persalinan sendiri

 

Reportase: Anita Meiriana, MPH

 

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di Puskesmas Kelobak Kabupaten Kepahiang

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Kunjungan Penelitian Manajemen KIA di Puskesmas Kelobak Kabupaten Kepahiang, Bengkulu

12 November 2018

           

Kunjungan penelitian di Puskesmas Kelobak diselenggarakan dalam rangka menjelaskan tentang penelitian untuk mengatasi permasalahan KIA di Kepahiang dan mengumpulkan data penelitian. Pengumpul data yaitu 1 tim dari PKMK UGM didampingi 1 orang dari dinas. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 2 – 3 jam. Kunjungan ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK – KMK UGM, petugas puskesmas baik kepala puskesmas, staf, bidan dan ibu hamil, Tim PKMK dalam kunjungan penelitian ini memberikan penjelasan tentang fokus penelitian yaitu pada pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak.

Puskesmas-Kelobak-1

Gambar 1. Pemaparan Penelitian Dari Ketua Tim Peneliti, Dwi Handono

Kunjungan diawali dengan penjelasan dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Karena bila fokus pada output (SPM) saja masih banyak terjadi jumlah angka kesakitan. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing – masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya Pos Komando. Dengan adanya Pos Komando ini diharapkan program-program KIA ada yang mengawasi. Pada pos komando ini bisa mengerahkan mahasiswa kesehatan yaitu dengan sasaran AKI.

Untuk fokus penelitian ini dimulai dari penjaringan sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Yang kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. kemudian apakah anak SMP dan SMA discreening oleh UKS. Jadi berfikir mulai dari hulu. Kemudian nanti kita akan cek 10 T. Mekanisme rujukan terencana dan rujukan emergency sudah jalan apa belum itu juga akan dicek. WUS SMP, SMA apabila sudah akhir baligh harus dipersiapkan dahulu bila ada anemia, TB atau penyakit lainnya harus diobati dulu. Sedangkan untuk WUS Risti harus ditangani terlebih dahulu. Bila ada Ibu Resiko Tinggi (Risti) harus ada rujukan terencana baik rujukan ketika hamil maupun pada saat partus. Dan untuk ibu Risti yang operasi caesar sudah harus ada rujukan terencana dengan RS, Rujukan tidak harus rumah sakit bisa saja dirujuk di Puskesmas Poned. Selama itu bisa menggunakan Rumah Tunggu Kelahiaran (RTK) yang di kontrol. Pada ibu nifas (bufas) yang Risti harus ada perlakuan khusus.

Puskesmas-Kelobak-2

Gambar 2. Wawancara dengan kepala puskesmas kelobak

Kepala Puskesmas Kelobak menjelaskan permasalahan yang terjadi di Kepahiang tentang AKI yaitu banyaknya kematian ibu karena tidak melakukan pelayanan di bidan desa ataupun puskesmas, tapi melakukan pemeriksaan diluar wilayah mereka. Selain itu, kepala puskesmas menjelaskan bahwa puskesmas kelobak berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menangkap kasus kematian ibu yang tidak terlapor. Kepala puskesmas berharap di tahap akhir penelitian ada seminar yang mendatangkan ikatan profesi di kabupaten kepahiang

Anggota tim peneliti melakukan wawancara kepada bidan di puskesmas seputar manajemen penjaringan WUS risti, ANC, Persalinan, dan Nifas di puskesmas. Anggota tim juga melaksanakan wawancara terhadap bumil untuk membuktikan keabsahan informasi yang diperoleh.

Reportase: Achmad Djunawan, MPH

Continue Reading No Comments

19 Nov2018

Pemaparan Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Curup

19/11/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Kepahiang

Reportase

Pemaparan Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC Kabupaten Kepahiang di Curup, Bengkulu

11 November 2018

Pemaparan penelitian di Curup diselenggarakan dalam rangka menjelaskan tentang fokus penelitian untuk mengatasi permasalahan KIA di Kepahiang dan mempersiapkan kegiatan yang akan dilakukan tim pengumpulan data 1 minggu ke depan. Kunjungan ini dihadiri oleh tim peneliti PKMK FK – KMK UGM dengan ketua peneliti Dwi Handono beserta 3 anggota tim dan pihak Dinas Kesehatan Kepahiang, yaitu Yudi (seksi KIA Dinas Kesehatan Kepahiang), Meti dan staf bidang KIA Dinas Kesehatan serta enumenator dari Dinas kesehatan Kepahiang. Agenda pemaparan penelitian ini berupa penjelasan tentang fokus penelitian yaitu pada pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak.

dinkes-curup-1

Gambar 1. Pemaparan Penelitian Dari Ketua Tim Peneliti Dwi Handono

Pertemuan diawali dengan penjelasan dalam mengatasi kesehatan ibu dengan menggunakan metode pendekatan terintregasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Karena bila fokus pada output (SPM) saja masih banyak terjadi jumlah angka kesakitan. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing – masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya pos komando. Dengan adanya pos komando ini diharapkan program – program KIA dapat terpantau. Pada pos komando ini bisa mengerahkan mahasiswa kesehatan yaitu dengan sasaran AKI.

Untuk fokus penelitian ini dimulai dari penjaringan hingga ke ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. Laluapakah siswi SMP dan SMA di-screening oleh UKS. Jadi pola berfikir mulai dari hulu. Kemudian nanti kita akan cek 10 T. Mekanisme rujukan terencana dan rujukan emergency sudah berjalan atau belum itu juga akan dicek. WUS SMP, SMA apabila sudah akhir baligh harus dipersiapkan dahulu bila memiliki resiko anemia, TB atau penyakit lainnya harus diobati dulu. Sedangkan untuk WUS Risti harus ditangani terlebih dahulu. Bila ada Ibu Resiko Tinggi (Risti) harus ada rujukan terencana baik rujukan ketika hamil maupun pada saat partus. Lalu untuk ibu Risti yang operasi caesar sudah harus ada rujukan terencana dengan RS, Rujukan tidak harus rumah sakit bisa saja dirujuk di puskesmas PONED. Selama itu bisa menggunakan Rumah Tunggu Kelahiaran (RTK) yang dikontrol. Pada ibu nifas (bufas) yang Risti harus ada perlakuan khusus.

Tim PKMK mengusulkan bahwa rumah tunggu bumil juga digunakan untuk rumah tunggu bufas. Jadi yang perlu digarisbawah bawah jangan cuma sampai output tapi sampai tampak, jika hanya sampai output kematian ibu tidak akan turun.

dinkes-curup-2

Gambar 2. Tanggapan dan diskusi dari dinas kesehatan

Pihak dinas kesehatan menjelaskan permasalahan yang terjadi di Kepahiang tentang AKI yaitu pada perilaku remaja yang ada di Kepahiang. Remaja ada yang hamil di luar nikah, pada kasus di masyarakat banyak orang tua yang merasa malu dengan kejadian hamil di luar nikah. Orang tua enggan dan malu untuk berkonsultasi ke dinas kesehatan. Ada anggapan bahwa ada dua kemungkinan saat anak hamil diluar nikah “ pulang bawa bayi “ atau “ pulang bawa mayat”. Ada perbedaan regulasi antar instansi (Kemenag) yang menjadi kendala di dinas kesehatan. Peraturan Kemenag menjelaskan bahwa boleh menikah di atas umur 17 tahun sedangkan untuk di dinas kesehatan membolehkan menikah di atas umur 20 tahun. Tanggapan dari ketua tim peneliti Dwi Handono fokus pada pendampingan terhadap ibu hamil yang risti agar tidak meninggal.

Reportase: Rima Yunitasari, MPH

Continue Reading No Comments

  • 1
  • ...
  • 175
  • 176
  • 177
  • 178
  • ...
  • 270

Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar