• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
21 Nov2017

Pengantar: 21 – 27 November 2017

21/11/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Bagaimana Provider Kesehatan Merespon Dampak Reformasi

health-reform

Reformasi di bidang kesehatan mengindikasikan upaya peningkatan status kesehatan yang dilakukan secara luar biasa. Lahirnya reformasi bidang kesehatan erat kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas layanan, perlindungan resiko finansial pada masyarakat miskin,  reorientasi fokus pelayanan serta restrukturisasi organisasi maupun sistem kesehatan yang telah atau sedang berjalan. Dari perspektif sistem, reformasi melahirkan perubahan baik dalam skala besar maupun kecil pada sistem yang sedang berjalan. Selain itu, reformasi juga memiliki dampak pada setiap pihak dan komponen yang terlibat dalam siklus kerja sistem tidak terkecuali manusia yang menjadi penggerak sistem itu sendiri. Salah satu  dampak yang secara langsung mempengaruhi manusia adalah perubahan lingkungan kerja yang secara langsung menyebabkan munculnya ketidakpuasan terhadap budaya atau ritme kerja yang baru pasca reformasi.

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

21 Nov2017

Bagaimana Provider Kesehatan Merespon Dampak Reformasi

21/11/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Artikel MPK

health-reform

Reformasi di bidang kesehatan mengindikasikan upaya peningkatan status kesehatan yang dilakukan secara luar biasa. Lahirnya reformasi bidang kesehatan erat kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas layanan, perlindungan resiko finansial pada masyarakat miskin,  reorientasi fokus pelayanan serta restrukturisasi organisasi maupun sistem kesehatan yang telah atau sedang berjalan. Dari perspektif sistem, reformasi melahirkan perubahan baik dalam skala besar maupun kecil pada sistem yang sedang berjalan. Selain itu, reformasi juga memiliki dampak pada setiap pihak dan komponen yang terlibat dalam siklus kerja sistem tidak terkecuali manusia yang menjadi penggerak sistem itu sendiri. Salah satu  dampak yang secara langsung mempengaruhi manusia adalah perubahan lingkungan kerja yang secara langsung menyebabkan munculnya ketidakpuasan terhadap budaya atau ritme kerja yang baru pasca reformasi.

Beberapa indikasi yang menjadi tanda ketidakpuasan pekerja dapat diamati dari beberapa bentuk respon terhadap perubahan yang dikenal dengan model exit-voice-loyalty-neglect (EVLN). Exit dijelaskan sebagai bentuk ketidakpuasan ditunjukkan melalui pengunduran diri dari tempat kerja dan mencari pekerjaan baru dengan tujuan mendapatkan kepuasan kerja. Voice, merupakan ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan konstruktif untuk memperbaiki keadaan. Loyalty, merupakan ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi optimistik dengan menunggu kondisi untuk memperbaiki, termasuk dengan berbicara bagi organisasi dihadapan kritik eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemen melakukan hal yang benar. Neglect, merupakan ketidakpuasan ditunjukkan melalui tindakan secara pasif membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk kemangkiran atau keterlambatan dan meningkatkan tingkat kesalahan. Untuk bisa menghadapi perubahan lingkungan seperti ini maka sangat diperlukan coping baik bagi pekerja maupun organisasi tempat kerja.

Secara sederhana, istilah coping merupakan proses respon perilaku seseorang untuk menyikapi perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Proses respon tersebut memiliki dua fokus utama yaitu fokus pada masalah yang dihadapi dan pada sisi emosional dari manusia atau individu itu sendiri. Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh Zhang et al (2017) merekomendasikan beberapa hal penting yang dapat diaplikasikan oleh provider untuk mengatasi perubahan interaksi antara tenaga kesehatan dengan perubahan lingkungan kerja yang bisa berdampak pada kepuasan kerja yang buruk. Untuk melakukan coping yang tepat maka terlebih dahulu organisasi atau individu harus mengenali faktor kontekstual yang sedang terjadi yang disebut dengan proses coping. Setelah mengenali maka selanjutnya melaksanakan strategi coping yang seperti exit, voice, passive loyalty dan kompromi. Penelitian tersebut juga merekomendasikan pasif loyalty sebagai strategi coping yang bisa diadaptasi pada masa mendatang karena merupakan pertemuan antara ”perlawanan” terhadap perubahan dan kepatuhan terhadap dengan karakteristik pekerjaan yang baru. Selain itu, Zang et al juga menegaskan pentingnya mengakomodasi voice tenaga kesehatan oleh pihak provider sebagai bentuk coping yang berdampak positif bagi perilaku kerja tenaga kesehatan dan secara tidak langsung mereka dilatih untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Simak artikel selengkapnya di sini

Continue Reading No Comments

17 Nov2017

Advokasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kesehatan Kabupaten Bengkayang dan Penyelesaian Administrasi Kegiatan

17/11/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Reportase Kegiatan

Reportase

Kunjungan III

Advokasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kesehatan Kabupaten Bengkayang

dan Penyelesaian Administrasi Kegiatan

Kamis, 9 November, 2017

Kamis, 9 November 2017 merupakan hari kedua kunjungan ketiga penyusunan RAD kesehatan di kabupaten Bengkayang. Tim Konsultan PKMK FK UGM melanjutkan kegiatan, sekaligus merupakan hari terakhir kunjungan pada penyusunan RAD kesehatan. Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), agenda hari ketiga yaitu advokasi kepada wakil bupati dan sekretaris daerah, serta penyelesaian administrasi kegiatan dan keuangan.

Kepala Bappeda yakni Drs. Pinus Samsudin, M.Si. memaparkan bahwa siap mengawal implementasi RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan desk perencanaan, siap mengawal alokasi anggaran 10% APBD (di luar belanja pegawai) untuk sektor kesehatan, serta setuju bahwa RAD harus di-review sesuai perkembangan

kunjungan-bengkayang-4

Gambar 1. Advokasi Tim Konsultan PKMK FK UGM dengan Kepala Bappeda

Wakil Bupati yakni Agustinus Naon, S.Sos, memaparkan akan menjamin bahwa RAD Kesehatan tidak hanya disimpan saja sebagai file atau dokumen, tapi akan segera ditindaklanjuti/ diimplementasikan, serta Agustinus setuju bahwa 2 tahun pertama fokus pada penguatan SDM Kesehatan.

kunjungan-bengkayang-5

Gambar 2. Advokasi Tim Konsultan PKMK FK UGM dengan Wakil Bupati

Inti dari kunjungan akhir pada penyusunan RAD Kesehatan di Kabupaten Bengkayang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan administrasi kegiatan dan keuangan penyusunan RAD, namun juga mempertegas rencana tindak lanjut dari implementasi/ pelaksanaan RAD Kesehatan yang telah disusun, diharapkan seluruh lintas sektor dapat berperan aktif dan bekerjasama dalam meningkatkan Sistem Kesehatan Daerah di Kabupaten Bengkayang.

kunjungan-bengkayang-6

Gambar 3. Tim PKMK FK UGM bersama Wakil Bupati dengan Sekretaris Bappeda

Reporter           : Elva N.E.R

Continue Reading No Comments

17 Nov2017

Kunjungan III Melapor Hasil Kerja Penyusunan RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang 2018 – 2025

17/11/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Reportase Kegiatan

Reportase

Kunjungan III

Melapor Hasil Kerja

Penyusunan RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang 2018 – 2025

Rabu, 8 November 2017

 

Rabu, 8 November 2017 merupakan Kunjungan ke-III, Tim PKMK FK UGM dalam rangka Penyelesaian Penyusunan Rencana Aksi Daerah Kesehatan (RAD K) Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Dalam Kunjungan ke III, Tim Konsultan PKMK FK UGM terdiri dari :

  1. dr. Dwi Handono Sulistyo, M.Kes : Ketua Tim
  2. Tudiono, M.Kes : Tim Ahli
  3. Elva Noor Endah Rosmalia, S.H, MH.Kes : Asisten Ahli
  4. Dewi Catur Wulandari, S.Sos : Manajer

Koordinasi bertujuan untuk melaporkan hasil kegiatan pendampingan penyusunan RAD Kesehatan kepada Bappeda Kabupaten Bengkayang, dan disambut oleh  Iman Munawir selaku Sekretaris Bappeda dan staf. Berikut merupakan hasil dari koordinasi:

pertama, finalisasi penyusunan RAD Kesehatan. Kedua, tujuannya untuk mendapatkan dukungan politis, khususnya dalam pelaksanaan program RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang. Ketiga, adanya kesepakatan, bahwa pada 2 tahun pertama, dilakukan penguatan SDM Kesehatan, antara lain dengan: mengadakan pelatihan terkait tentang materi kesehatan; mengadakan program magang selama 3 bulan, yaitu staf puskesmas di RSUD Kabupaten Bengkayang. Keempat, program magang dilakukan untuk melatih sejauh mana staf puskesmas bertindak dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebagai contoh: penanganan pasien saat gawat darurat, penataan obat, pemberian obat, hingga prosedur sterilisasi alat-alat kesehatan.

Kelima, akan dilakukan optimalisasi diagnosa 144 penyakit di tiap puskesmas. Keenam, melaksanakan upaya intervensi dengan pelatihan SDM Kesehatan. Ketujuh, peningkatan Standar Pelayanan Medis (SPM) sesuai dengan 12 indikator di puskesmas. Kedelapan, meminimalisir pemeriksaan yang belum memenuhi standar pelayanan medis. Kesembilan, meningkatkan semangat pola kerja, mindset kerja, serta komitmen bersama. Kesepuluh, puksesmas merupakan balai pengobatan masyarakat, maka harus menjadi rujukan dan dipercaya masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar, setelah keluarga. Kesebelas, penyusunan RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang merupakan hasil dari tindak lanjut pelaksanaan aksi dari program yang telah disusun dan diusulkan, sebagai pedoman plan of action dalam rangka peningkatan pembangunan kesehatan serta sistem kesehatan daerah.

kunjungan-bengkayang-1

Gambar 1. Melapor hasil kegiatan kepada Bappeda Bengkayang

kunjungan-bengkayang-2

Gambar 2. Tim Konsultan PKMK FK UGM bersama Sekretaris Bappeda dan staff

Koordinasi selanjutnya dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, dan telah disambut oleh Kepala Dinas Kesehatan (ST. Salikin), beserta staf. Berikut merupakan hasil dari koordinasi:

  • Harapan RAD Kesehatan Kabupaten Bengkayang dapat segera dilaksanakan Meningkatkan Program Gerakan Masyarakat (Germas), salah satunya dengan pendekatan keluarga (door to door)
  • Penguatan pelayanan kesehatan dasar, yakni puskesmas, dengan mengubah mindset, pola kerja, serta komitmen bersama
  • Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan 12 indikator SPM
  • Peran serta Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang dalam meningkatkan dukungan peningkatan Sistem Kesehatan Daerah (SKD), dengan rutin melakukan kegiatan sharing seperti Rakernas, Germas, Pelatihan serta Pendampingan
  • Terkait dengan BPJS, pemerintah daerah diharapkan dapat ikut berperan dalam pendataan setiap keluarga, bertujuan untuk mengetahui jumlah peserta PBI atau Non PBI, dalam rangka meningkatkan jumlah cakupan jaminan kesehatan pada era JKN
  • Kepala Dinas memaparkan bahwa harapannya dengan adanya pendataan keluarga secara door to door dapat mendukung pembuatan peta nasional tentang pemerataan kesehatan di Indonesia, tentunya pelaksanaan yang sesuai dengan SPM
  • Perubahan dan peningkatan Sistem Kesehatan Daerah dapat dilakukan mulai dari dasar, dengan mengikut sertakan seluruh komponen masyarakat
  • Diharapkan segala kebutuhan puskesmas dapat terpenuhi, dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
  • Membuat dan menyusun prioritas dalam keterbatasan dana
  • Penguatan SDM Kesehatan, dengan dibantu oleh lintas sektor seperti peran serta BKD, kemudian mendatangkan pelatih (yang disesuaikan dengan anggaran)
  • Relevansi program RAD Kesehatan harus menyesuaikan RPJMD, Renstra dan sumber terkait

kunjungan-bengkayang-3

Gambar 3. Melapor hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan Bengkayang

Pada hari yang sama, Tim Konsultan PKMK FK UGM bersama Sekretaris Daerah yakni Obaja, SE. M. Si berdiskusi tentang tindak lanjut Penyusunan RAD Kesehatan di Kabupaten Bengkayang, beliau memaparkan bahwa siap mengawal kebijakan pembiayaan untuk implementasi RAD Kesehatan serta mendukung pengembangan SDM Kesehatan dalam 2 tahun pertama.

Reporter           : Elva N.E.R

Continue Reading No Comments

13 Nov2017

Pengantar: 14 – 20 November 2017

13/11/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Mencapai Efektivitas, Efisiensi dan Keberlanjutan Program Kesehatan Melalui Pendekatan Intersectoral Convergence

Intersectoral-Convergence

Kesehatan dan kehidupan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Interaksi dari berbagai faktor menyebabkan hubungan saling mempengaruhi yang kompleks. Kondisi kompleksitas tersebut menunjukkan bahwa untuk mengukur sejauh mana kondisi kesehatan dan kesejahteraan hidup suatu negara tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja. Pengembangan kerja sama  lintas sektor merupakan suatu upaya meningkatkan kerjasama yang sinergis antara leading sector kesehatan dengan program non kesehatan dalam suatu kesamaan tujuan. Dengan kerja sama sinergis tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas, baik proses maupun hasil pembangunanya bagi masyarakat sebagai subyek pembangunan. Bahkan tidak sekedar menghasilkan output yang berkualitas, tetapi juga dapat menghasilakan outcome dan impact (multiplier effect).

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

  • 1
  • ...
  • 223
  • 224
  • 225
  • 226
  • ...
  • 270

Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar