Tahun 2015, Kementerian Kesehatan RI merilis kesiapan pelayanan umum di puskesmas baru mencapai 71%, pelayanan PONED 62%, dan pelayanan penyakit tidak menular baru mencapai 79%. Kekurangsiapan tersebut terutama karena kurangnya fasilitas yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya kualitas pelayanan. Namun, meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Proporsi bayi lahir pendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau tiga kali lipat dibandingkan yang terendah (Kemenkes, 2015).
Pengantar: 6 – 12 Juni 2017
Ekspektasi Pasien Pedesaan Dalam Pengurangan Disparitas Status Kesehatan
Tahun 2015, Kementerian Kesehatan RI merilis kesiapan pelayanan umum di puskesmas baru mencapai 71%, pelayanan PONED 62%, dan pelayanan penyakit tidak menular baru mencapai 79%. Kekurangsiapan tersebut terutama karena kurangnya fasilitas yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya kualitas pelayanan. Namun, meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Proporsi bayi lahir pendek, terendah di Provinsi Bali (9,6%) dan tertinggi di Provinsi NTT (28,7%) atau tiga kali lipat dibandingkan yang terendah (Kemenkes, 2015).
Silakan klik disini untuk selengkapnya
Tindak Lanjut Persiapan Akreditasi Puskesmas Betun Maret Hingga Mei 2017
Puskesmas Betun merupakan puskesmas yang terletak di pusat ibu Kota Kabupaten Malaka Provinsi NTT. Pada 7 hingga 8 Maret 2017, Puskemas Betun tergabung dalam gelombang I kaji banding persiapan akreditasi puskesmas di Kabupaten Kulon Progo. Setelah mengikuti kegiatan kaji banding sister Puskesmas dengan Puskesmas Panjatan II Kabupaten Kulon Progo pada 7-8 Maret, Puskesmas Betun terus melakukan kegiatan persiapan sesuai dengan rencana tindak lanjut yang telah disusun bersama sister Puskesmas Panjatan II. Sejak Maret hingga Mei 2017, beberapa kegiatan persiapan baik manajerial maupun administratif terus dikembangkan. Persiapan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang ada sehingga dapat dilakukan tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan di puskesmas.
Laporan kegiatan persiapan akreditasi puskesmas Betun selengkapnya dapat dilihat klik
Laporan Tindak Lanjut Puskesmas Nurobo Kabupaten Malaka
Laporan Tindak Lanjut Puskesmas Nurobo Kabupaten Malaka
(April-Mei 2017)
Kegiatan kaji banding yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Nurobo pada 4 dan 5 April 2017 di Puskesmas Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo memberikan motivasi yang besar bagi Puskesmas Nurobo. Sepulangnya Puskesmas Nurobo ke Kabupaten Malaka, masih memiliki tanggungjawab yaitu melakukan kegiatan sesuai Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang sudah disusun bersama. Komunikasi antara Puskesmas Kalibawang sebagai sister, Dinas Kesehatan provinsi NTT, tim PKMK FK UGM, dan Puskesmas Nurobo tetap terjalin melalui grup whatsapp. Grup ini banyak dimanfaatkan untuk memberikan motivasi, laporan kegiatan, tanya jawab dan pengiriman file yang dibutuhkan Puskesmas Nurobo dalam persiapan akreditasi. Sebelumnya, Puskesmas Nurobo mengikuti beberapa kegiatan diantaranya:
Kegiatan Tindak Lanjut Persiapan Akreditasi Puskesmas Betun
-
Kegiatan Tindak Lanjut Persiapan Akreditasi Puskesmas Betun Maret 2017
1. Sosialisasi Hasil Kaji Banding
Kegiatan sosialisasi kaji banding akreditasi dilaksanakan pada 14 Maret 2017 bertempat di Puskesmas Betun. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan informasi dan pemahaman tentang akreditasi puskesmas serta proses implementasi kepada seluruh staf puskesmas. Sesi sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan sharing informasi hasil kegiatan kaji banding oleh perwakilan Puskesmas Betun berupa pengetahuan, pengalaman, perbandingan serta contoh dokumen akreditasi selama kegiatan kunjungan di UPTD Puskesmas Panjatan II Kabupaten Kulon Progo pada 7 hingga 8 Maret 2017.
Pengantar: 30 Mei – 5 Juni 2017
Pendekatan Sistem dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Plural
Kualitas pelayanan kesehatan masih menjadi persoalan tersendiri yang dihadapi oleh fasilitas atau organisasi layanan kesehatan khususnya milik pemerintah di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 merilis kesiapan pelayanan umum di Puskesmas, baru mencapai 71%, pelayanan PONED 62%, dan pelayanan penyakit tidak menular baru mencapai 79%. Hal ini terjadi terutama karena kurangnya fasilitas yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya kualitas pelayanan. Fasilitas pelayanan periferal seperti puskesmas, kesiapan peralatan dasar memang cukup tinggi (84%), tetapi kemampuan menegakkan diagnosis ternyata masih rendah (61%). Kondisi tersebut diperberat lagi akibat disparitas layanan yang dihasilkan dari perlakuan diskriminatif oleh tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Selengkapnya silakan simak di sini.