• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
20 Apr2018

Dinas kesehatan Sosialisasi Kabupaten Sehat

20/04/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Berita

Kamis (19/04) Dinas kesehatan mengelar sosialisasi kabupaten Sehat khususnya kabupaten Bengkulu Selatan.

Kepala Dinas Kesehatan Moh Redhwan Arif, MPH dalam pemaparannya mengatakan, penyelenggaraan kabupaten sehat berdasarkan dalam peratutan bersama Menteri Dalam Negeri nomor 34 tahun 2005 dan Menteri Kesehatan nomor 1138 Menkes/PB/VIII/2005.

Berdasar dari surat keputusan bersama tersebut kita mengajak masyarakat untuk mewujudkan Bengkulu Selatan sehat” terang Redhwan,

Selain itu diharapkan dapat menjadi motor penggerak Peran serta aktif masyarakat untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat.

Lanjut Ridwan Arif “Oleh sebab itu kita harus berupaya terus baik pemerintah dan masyarakat untuk mencapai lingkungan yang Bersih, Aman, Nyaman dan Sehat demi terciptanya Kabupaten Bengkulu Selatan sehat Agar terciptanya kabupaten Sehat,mari kita semua berperan aktif untuk menciptakan kabupaten Bengkulu Selatan Sehat, Para kades juga dapat menjadi penggerak dalam masyarakat untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan desanya”Terang Ridwan Arif, MPH

Acara tersebut bertempat di Aula Dinas Kesehatan dihadiri oleh ketua dan sekretaris forum bengkulu Selatan sehat,Ketua Apdesi Seginim, pihak kecamatan,kepala desa,pihak sekolah Dll

Sumber: mitratoday.com

Continue Reading No Comments

19 Apr2018

Menteri Kesehatan Resmikan 2 Puskesmas di Perbatasan Kalimantan Barat

19/04/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Berita

SANGGAU, KOMPAS.com – Menteri Kesehatan Nila F Moeloek meresmikan dua puskesmas yang berada di daerah perbatasan di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Selasa (17/4/2018).

Kedua puskesmas representatif yang dibangun di daerah perbatasan itu adalah Puskesmas Entikong dan Balai Karangan.

Menkes mengungkapkan, pembangunan puskesmas ini menggunakan anggaran DAK Afirmasi bidang kesehatan tahun 2017. 

Upaya percepatan pembangunan di daerah perbatasan, sebut Nila, merupakan salah satu fokus prioritas pembangunan kesehatan pada 2015-2019.

“Untuk mewujudkannya, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI melaksanakan program pembangunan 124 puskesmas perbatasan di seluruh titik terluar Indonesia,” ujar Nila dalam sambutannya saat peresmian Puskesmas Entikong dan Puskesmas Balai Karangan di Kabupaten Sanggau, Selasa (17/4/2018).

Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di daerah perbatasan, sambung Nila, pemerintah kerap mengalami kendala, mulai kondisi geografis, SDM kesehatan, terbatasnya infrastuktur dan lain sebagainya.

“Di samping itu, isu ketimpangan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan negara tetangga akan berpengaruh pada kredibilitas bangsa apabila tidak ditangani dengan serius,” katanya.

“Daerah perbatasan yang merupakan bagian terdepan negara seharusnya menjadi etalase negara yang menampilkan wajah atau citra Indonesia yang positif, termasuk dalam bidang kesehatan,” sambung Menkes.

Demi kelancaran kegiatan di puskesmas di daerah perbatasan, diperkukan pemenuhan prasarana dan alat kesehatan seperti rumah dinas dokter, pengadaan alat transportasi serta penyediaan alat pendukung pelayanan lainnya seperti generator set dan IPAL.

Menkes menyatakan bahwa ketersediaan SDM kesehatan yang mumpuni sangatlah penting untuk mengoptimalkan kinerja puskesmas di daerah perbatasan.

“Kementerian Kesehatan RI melalui Program Nusantara Sehat telah menempatkan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan lainnya pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK), termasuk pada kedua lokasi puskesmas ini,” ujar Nila.

Sumber: kompas.com

Continue Reading No Comments

19 Apr2018

Baru 7 Puskesmas Ikuti Pelatihan VCT dan CST

19/04/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Berita

TANA PASER  -  Dari 19 unit Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Paser, baru 7 unit puskesmas yang pernah mendapatkan pelatihan Voluntary Counseling and Testing (VCT) dan Care, Support and Treatment (CST) untuk penderita HIV/AIDS. Selain ketujuh puskesmas, RSUD Panglima Sebaya juga telah mengikuti pelatihan program-program tersebut..Selama ini puskesmas yang belum memperoleh pelatihan hanya dapat melakukan pemeriksaan dan mendeteksi dini saja kepada pasien yang datang ke masing-masing puskesmas, tetapi tidak bisa melakukan program VCT dan CST di masing-masing puskesmas.

 “Baru 7 puskesmas dan satu rumah sakit yang terlatih program VCT dan CST, jadi masih ada 12 puskesmas lagi yang belum memperoleh pelatihan untuk program penanganan penderita HIV/AIDS tersebut. Selain minimnya pemberian pelatihan VCT dan CST, pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Paser juga masih minim pelatihan pelaporan sistem HIV dan AIDS (SIHA). Pelaporan tersebut diketahui merupakan modal untuk memperoleh bantuan obat-obatan bagi penderita HIV/AIDS yang telah terdeteksi oleh pemerintah pusat,” beber Kepala Dinas Kesehatan melalui petugas Pengelola HIV/AIDS,Kusta dan ISP Dinkes Paser Rossalina, Selasa (17/4).

 Dijelaskan Rossalina, selain terkendalanya bekal pengetahuan SDM, pelaporan SIHA secara online juga masih terkendala jaringan di setiap puskesmas yang berada di wilayah terpencil. Seperti puskesmas di Kecamatan Muara Komam, Muara Samu, dan Tanjung Harapan. Kondisi jaringan di sejumlah wilayah juga menjadi penghambat laporan SIHA ke pemerintah pusat. Untuk saat ini baru RSUD yang lancar tanpa kendala dalam mengirim laporan rutinnya.

 “Obat penyakit HIV dan Hepatitis B akan dikirim jika pelaporan SIHA sudah diterima oleh Dinas Kesehatan Pusat. Ditambah lagi belum adanya pelatihan bagi petugas yang menangani pelaporan SIHA tersebut, sehingga petugas kerap salah dalam membuat laporannya,” ungkapnya.

 Untuk tahun ini, Rossa menuturkan, pemkab melalui Dinas Kesehatan telah menganggarkan satu program pertemuan  tenaga medis di setiap puskesmas, namun bukan berbentuk pelatihan. Melainkan berupa penyampaian materi-materi terkait pelaporan SIHA.

 Meskipun bukan berbentuk pelatihan, kami harap tenaga medis yang dipercaya dapat benar-benar memahami materi yang nantinya akan disampaikan, sehingga dapat dibagikan ke rekan-rekan lainnya. (ian/cal)

Sumber: balikpapan.prokal.co

Continue Reading No Comments

09 Apr2018

Primary care doctors may be unsure when kids’ bad moods are serious or not

09/04/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Berita

All children have moments of moodiness, but family medicine doctors and pediatricians may doubt their abilities to tell the difference between normal irritability and possibly bigger issues, according to Penn State researchers.

When the researchers interviewed a group of health care providers, they found that the primary care providers and pediatricians were less confident than the child and adolescent psychiatrists in their ability to tell whether irritability in young patients was normal or could be linked to a deeper mental health issues.

They also found that primary care providers and pediatricians were more likely to prescribe medications when they thought there was a problem, while psychiatrists were more likely to start with behavioral therapy.

Anna Scandinaro, medical student, Penn State College of Medicine, said that as problems like bullying and school shootings rise, it’s important for health care providers to be able to identify children and adolescents whose problems may go deeper than typical moodiness. She said increasing education for these providers may be a good place to start.

“We need to start asking if there’s anything we can do to prevent these things from happening,” Scandinaro said. “There’s a lot of concern right now about children’s mental health, and we wanted to compare how different practitioners go about trying to figure out who’s going through normal irritability and who may benefit from additional treatment.”

Irritability is a normal part of a child’s development, but the researchers said it can also be a symptom of mental health disorders like disruptive mood dysregulation disorder. Scandinaro said it can be difficult for doctors to tell the difference between acute irritability — an adolescent being grumpy for a few days because he was grounded — and chronic irritability, which could signal possible problems with mental health.

Participants for the study were recruited from a large, academic medical center and included family medicine, pediatric and psychiatry providers. The researchers interviewed the 17 providers about how they define irritability in their school-age patients, how they evaluate irritability, and how they differentiate between normal and abnormal irritability, among other questions.

“We found that family medicine physicians and pediatricians feel as though they don’t have the resources and the training they need to effectively evaluate irritability in the clinic setting, especially in the limited amount of time that they have,” Scandinaro said. “But at the same time, there is a national shortage of child and adolescent psychiatrists, increasing the need for primary care providers to be more comfortable in determining who needs to see a specialist. So even though the study was preliminary, it shows we need to improve education for primary care providers.”

The researchers also found that while family medicine providers looked for anxiety and problems in school as symptoms of irritability, psychiatrists tended check if children exhibited a negative mood or a hard time dealing with frustration. Family care providers also reported being comfortable prescribing medications but would be more likely to refer the patient to a specialist if more stronger medications and treatment were needed.

All participants agreed that a lack of time with patients, as well as few concrete guidelines about what defined irritability and how to treat it, made diagnosing patients more difficult.

While the results — published today (April 5) in the Primary Care Companion for CNS Disorders – suggest that primary care providers may not be confident evaluating irritability, even though the majority of children receive mental health care in a primary care setting, according to the National Institute of Mental Health.

Scandinaro said additional training and education may help primary care providers and pediatricians be more confident in diagnosing their younger patients.

“A possible next steps could be to create an educational tool that could be used as a quick way for primary care providers to help evaluate their patient,” Scandinaro said, “and to help them decide if it’s normal irritability or something that requires them to see a specialist.”

Scandinaro also noted that it’s important for parents to follow their gut when they notice something seems wrong with their child, and they should always talk to their doctor if concerned.

“If you think that something is going on, make it a priority to talk to your doctor about it. Don’t be afraid to mention it if something seems not to be right,” Scandinaro said. “Irritability doesn’t always mean that the child is bipolar or has a severe mental illness, and medication doesn’t always have to be the first option. But it’s important to talk about it.”

Usman Hameed, assistant professor of psychiatry, and Cheryl A. Dellasega, professor of medicine and humanities, also participated in this research.

A Qualitative Research Initiative Award helped fund this project.

Source: sciencedaily.com

Continue Reading No Comments

09 Apr2018

Dinkes Balangan Ketuk Pintu Rumah Warga di Kecamatan Awayan Berikan Informasi Penyakit Ini

09/04/2018. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Berita

PARINGIN - Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, beserta Puskesmas Awayan didampingi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader kesehatan, mengetoki semua pintu rumah warga di Desa Piyait dan Ambakiang Kecamatan Awayan.

‪Ada apakah gerangan? Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Hajah Siti Raudah mengungkapkan, kegiatan ketuk pintu itu dilaksanakan selain untuk menyambut Hari TB sedunia, juga melakukan kunjungan rumah untuk memberikan informasi mengenai tuberkolusa (TBC), sekaligus melakukan pemilahan atau skrining untuk menemukan adanya warga yang terduga mengidap TBC.‬

‪“Apabila dalam kegiatan ini ditemukan warga dengan kondisi batuk lebih dari 21 hari, baik itu berdahak dengan atau tanpa berdarah, berkeringat dimalam hari, akan kami beri pemahaman dan sesegeranya merujuk ke Puskesmas,” ungkapnya.‬

‪Ditambahkannya, sejalan dengan tujuan peringatan hari TB sedunia yang ditujukan untuk membangun kesadaran umum tentang wabah TBC, gerakan ketuk pintu ini juga sangat efektif untuk menemukan penderita. Selanjutnya, gerakan ini sekaligus menjadi upaya nyata gerakan Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS) di masyarakat.‬

‪“Ketuk Pintu ini juga selaras dengan gerakan GERMAS dan Pendekatan Keluarga Sehat yang merupakan jargonnya kesehatan di Indonesia,” ujarnya.‬

‪Pada dasarnya lanjut Kabid, dengan ketuk pintu ini Dinas Kesehatan berupaya menggandeng seluruh lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam TOSS TB yang berupaya menemukan penderita lalu mengobati sampai sembuh sehingga mereka dapat hidup layak, bekerja dengan baik dan produktif, serta tidak menjadi sumber penularan di masyarakat.‬

‪“Selanjutnya, kegiatan ini juga untuk mendukung pendekatan keluarga yang dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka melakukan deteksi dini masalah kesehatan, pengobatan segera bagi yang sakit, melakukan upaya promotif-preventif, dan melakukan penanggulangan faktor risiko kesehatan dalam keluarga,” tutupnya.(banjarmasinpost.co. id/muhammad elhami)

Sumber: tribunnews.com

Continue Reading No Comments

  • 1
  • ...
  • 134
  • 135
  • 136
  • 137
  • ...
  • 146
Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

Berita

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

index berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar