TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL – Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Zoonesis Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Yudo Hendratmo, mengatakan penularan penyakit Leptospirosis ini berasal dari urin tikus yang mengandung bakteri bakteri Leptospira sp.
Kendati bakteri tersebut dapat langsung mati jika terkena sinar matahari, namun dapat bertahan kurang lebih satu bulan di dalam air.
Bakteri akan masuk kedalam selaput lendir seperti di mata, mulut dan melalui luka.
“Penyakit ini menular melalui bagian tubuh yang terbuka seperti luka, yang bersentuhan melalui air yang sudah terkontaminasi urin tikus. Dari sana bakteri masuk dan mulai menularkan penyakit tersebut,” terang Yudo, Senin (20/3/2017).
Yudo mengatakan, sebagian besar yang terjangkit Leptospirosis berprofesi sebagai petani. Mereka rawan terkena penyakit ini, karena bersentuhan langsung dengan air yang diduga terkontaminasi urin tikus yang menjadi sumber penularan utama.
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kencing tikus adalah seperti gejala panas tinggi, dan nyeri otot yang sudah dirasakan hingga betis kaki. Sedangkan untuk wilayah penyebarannya ialah pada area lembab.
“Air seni tikus yang mengandung bakteri leptospira bisa bertahan hingga beberapa hari pada lahan yang basah tersebut. Namun jika daerah yang lembab terpapar sinar matahari, maka bakterinya akan langsung mati,” tutur Yudo.
Upaya pencegahan dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat dan memakai alat pelindung diri saat akan bekerja di lapangan dan lokasi yang berpotensi menulari penyakit Leptospirosis.
“Masyarakat untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan tempat tinggal, maupun di lingkungan, selalu menggunakan sarung tangan dan sepatu boat, agar tidak terkontak langsung dengan media penyebaran penyakit,” ujar Yudo. (*)
Sumber: http://jogja.tribunnews.com/2017/03/21/waspada-leptospirosis-ini-penjelasan-dari-dinkes-gunungkidul-terkait-penyebab-dan-gejalanya