Mendesain Ulang Sistem Kesehatan untuk Keamanan Kesehatan Global
Afrika diprediksi paling terpukul oleh pandemi COVID-19, mengingat sistem kesehatannya yang buruk. Namun, hasilnya tidak seperti itu. Meskipun AS adalah negara yang paling banyak mengeluarkan uang untuk perawatan kesehatan secara global, COVID-19 telah menunjukkan bahwa infrastruktur perawatan primernya sangat perlu diperkuat. Tetapi kita seharusnya tidak salah mengira COVID-19 sebagai pandemi terbesar di zaman kita. Oleh karena itu, jika komunitas global serius tentang kesiapsiagaan epidemi, keamanan kesehatan global, dan perlindungan yang paling rentan, kita perlu merancang ulang sistem kesehatan untuk ketahanan. Pelajaran Afrika dari pandemi COVID-19, serta dari wabah kolera, penyakit virus Ebola, demam kuning, dan chikungunya yang terjadi bersamaan, dapat memberikan peta jalan.
Membangun ketahanan membutuhkan investasi kesehatan yang memadai dan berkomitmen melalui pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. Selain itu, para pelaku sistem kesehatan perlu mewaspadai, dan mampu mengantisipasi, tantangan, sehingga perlu menyisihkan dana cadangan untuk memastikan respon yang cepat jika terjadi bencana. Untuk memastikan akuntabilitas keuangan yang tepat, sistem kesehatan harus cukup fleksibel untuk memperhitungkan semua sumber daya, termasuk pendanaan darurat. Sebagian besar negara Afrika menyiapkan dana khusus untuk menanggapi pandemi COVID-19. Hanya empat negara yang menarik dari dana cadangan (Uganda, Afrika Selatan, Malawi, dan Kenya). Artikel ini dipublikasikan pada 2021 di The Lancet Global Health.
Universiti Kebangsaan Malaysia bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dan Prince of Songkla University menyelenggarakan The 15th Virtual Post Graduate Forum on Health Systems and Policies dengan topik “Covid-19 Pandemic: The Health System and Policy Respon”
Forum akan digelar selama dua hari pada Selasa – Rabu, 27 – 28 Juli 2021