• Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar
03 Oct2017

Pengantar: 03 – 09 Oktober 2017

03/10/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Lima Pokok Pikiran dalam Penguatan Sistem Kesehatan Provinsi Riau 

peta-riau

Dalam mencapai status kesehatan masyarakat yang optimal, seluruh komponen utama sistem kesehatan harus berfungsi dengan baik merespon secara seimbang kebutuhan dan harapan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, mempertahankan populasi terhadap apa yang mengancam kesehatannya, melindungi orang dari konsekuensi finansial kesehatan yang buruk dan memberikan akses yang adil terhadap perawatan yang berpusat pada orang.

Pada 27 hingga 29 September 2017, Tim PKMK FK UGM bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaksanakan Workshop Hasil Assessment Awal Terhadap Kinerja Sistem Kesehatan Provinsi Riau. Dalam konteks era desentralisasi kedudukan sistem kesehatan yang terus bergerak menuju pada tingkat provinsi dan kabupaten-kota sangat beresiko apabila pemerintah tidak mampu menyiapkan kapabilitas untuk merespon persoalan yang mungkin muncul. Bagi pemerintah Provinsi Riau, hasil assessment tersebut sangat diperlukan sebagai bahan pemetaan kinerja dan hambatan serta permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Riau. Keberpihakan pemerintah daerah Provinsi Riau terhadap pembangunan kesehatan baik sebagai regulator maupun esekutor menjadi penting untuk menjamin hak masyarkat memperoleh status kesehatan yang optimal.

Workshop yang dihadiri oleh berbagai stakeholder yang turut berperan dalam penyelenggaraan sistem kesehatan di Provinsi Riau tersebut mengangkat lima pokok pikiran dalam penguatan sistem kesehatan di Provinsi Riau. Pemberian pelayanan yang maksimal oleh tenaga kesehatan melalui puskesmas yang melayani selama 24 jam merupakan pokok pikiran pertama yang dibahas dalam workshop tersebut. Selanjutnya secara berturut-turut kesiapan dan ketersediaan Rumah Sakt (RS) untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan kesehatna ibu anak (KIA); kerja sama RS Swasta dengan BPJS sebagai bentuk dukungan pihak swasta dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Riau; pengelolaan upaya kesehatan masyarakat sebagai upaya perbaikan kesehatan masyarakat yang lebih maksimal dan penguatan sistem kesehatan Provinsi Riau melalui global budget bagi semua rumah sakit untuk kendali mutu dan kendali biaya. 

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

26 Sep2017

Pengantar: 26 September – 02 Oktober 2017

26/09/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Integrasi Pelayanan  yang Tidak Berarti One Size Fits All

one-size-fits-all

Pengaruh reformasi dalam bidang kesehatan mengharuskan organisasi kesehatan terus melakukan perubahan dari waktu ke waktu. Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus dan fokus kegiatan  kesehatan.

Integrasi memiliki makna bahwa memadukan berbagai proses dan kegiatan dalam satu kesatuan sehingga mampu meningkatkan efiseiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau program. Lebih spesifik, integrasi yang dimaksudkan dalam bidang kesehatan setidaknya mencakup beberapa bentuk yakni: pendanaan, administrasi, organisasi, upaya kesehatan dan aspek klinis. Integrasi pendanaan meliputi proses bridging antara mekanisme pengumpulan dan pembayaran; integrasi administrasi berkaitan dengan pembagian peran dan tanggung jawab serta perencanaan lintas sektor; integrasi organisasi mencakup jaringan kerja serta kolaborasi dalam pemberian layanan; integrasi upaya kesehatan mencakup patient centered, integrasi informasi dan merger layanan; dan integrasi klinis mencakup standar diagnosis dan pemantauan perawatan pasien.

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

18 Sep2017

Pengantar: 19 – 25 September 2017

18/09/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Kondisi Ekstrinsik Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan 

motivasi-kerja-2

Motivasi sering dipelajari dan digunakan untuk memahami perilaku seseorang dan memahami kinerjanya. Wujud nyata motivasi seseorang secara langsung terlihat dari tindakan nyata dan keteguhan dalam berperilaku. Seseorang yang termotivasi akan berperilaku positif untuk mencapai tujuan organisasi melalui kinerjanya. Apabila motivasi berubah maka perilaku dan tujuan atau kinerja juga berubah. Sehingga untuk mencapai kinerja menyeluruh, organisasi perlu memberi perhatian terhadap pola-pola motivasi seperti reward dan punishment, kepuasan intrinsik, lingkungan kerja kondusif yang  dianggap penting.

Mengingat pentingnya peran motivasi dalam mencapai tujuan organisasi maka sebuah organisasi harus memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut maka organisasi (anggota) harus memiliki motivasi dan berperilaku sesuai dengan orientasinya. Lebih lanjut, perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisasi juga mengharuskan organisasi untuk meningkatkan motivasi karyawan melalui berbagi strategi atau cara. Salah satu strategi yang paling populer adalah peningkatan pendapatan atau insentif bagi anggota organisasi. Strategi insentif dan pembayaran tambahan berdasarkan kinerja menjadi salah satu yang dinilai paling efektif. Pertimbangan uang sebagai “driver” yang paling ampuh telah menggerakkan manajer dan pimpinan untuk memberikan biaya tambahan sebagai solusi satu-satunya. Namun, fakta lain menunjukkan bahwa uang bukan satu-satunya faktor yang menentukan bertambah atau berkurangnya motivasi  pekerja tetapi terdapat variabel lain seperti pengembangan karir, hubungan yang baik dengan pasien serta lingkungan kerja dalam organisasi.

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

12 Sep2017

Pengantar: 12 – 18 September 2017

12/09/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Pengelolaan Sistem Kesehatan Untuk Kesehatan Jiwa : Belajar dari Ethiopia

ilustrasi-etiophia

Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Hal ini diperburuk dengan minimnya pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia sehingga banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan baik.

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

05 Sep2017

Pengantar: 5 – 11 September 2017

05/09/2017. Written by Manajemen Pelayanan Kesehatan. Posted in Pengantar

Sustainability in Healthcare by Allocating Resources Effectively

Konsep sustainability development (pembangunan berkelanjutan) menekankan bahwa pembangunan generasi sebelumnya sangat perlu mempertimbangkan generasi yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan dalam konteks nasional memiliki arti bahwa pembangunan bukan hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi sosial dan kesehatan saja, melainkan juga sebagai alat untuk mencapai kepuasaan intelektual, emosional, moral dan spiritual. Pembangunan kesehatan memiliki peran yang strategis bagi kelangsungan hidup bangsa sehingga harus dipelihara dan dipertahankan dari generasi ke generasi dari waktu ke waktu sehingga tercipta ekuitas antar generasi dan menjadi sesuatu yang berharga bagi keberlangsungan pembangunan kesehatan suatu bangsa dari waktu ke waktu.

Dalam bidang kesehatan, fokus utama sustainability terletak pada faktor-faktor determinan (penentu) dan proses pemilihan strategi untuk terus memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dari waktu ke waktu dengan selalu mempertimbangkan aspek organisasi dan financial sustainability. Sustainability selalu berdasarkan masa kini dan selalu memiliki prospek program atau proyek untuk masa depan. Kebutuhan akan disinvestasi telah muncul sebagai respons terhadap meningkatkan biaya dan meningkatnya kesadaran akan hal yang tidak efektif dalam praktik layanan kesehatan. Meskipun tidak definisi – definisi tunggal yang jelas, pengurangan atau penghentian investasi (disinvestasi) umumnya dipahami sebagai pemindahan, pengurangan atau pembatasan teknologi kesehatan dan praktik klinik yang tidak aman atau kurang memberikan keuntungan. Disinvestasi merupakan upaya perbaikan mutu bagi pasien dan penggunaan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien oleh organisasi.

Selengkapnya

Continue Reading No Comments

  • 1
  • ...
  • 46
  • 47
  • 48
  • 49
  • ...
  • 51
Artikel Terbaru

Memahami Peran Paramedis dalam Perawatan Primer

Kajian Ketidaksetaraan Kesiapan Pelayanan dan Pengetahuan Provider di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia

Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia

Kualitas Hidup yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Pemanfaatan Perawatan Kesehatan

Analisis Kebijakan Pendekatan Perawatan Kesehatan Primer di Liberia

Semua Artikel

Berita Terbaru

Kades Dan UPT Puskesmas Posek Jalin Kerjasama Peningkatan Pelayanan Kesehatan

18 October 2022

Dinkes Kulon Progo diminta mengevaluasi pelayanan pasien Puskesmas Wates

18 October 2022

Puskesmas Ambal-ambil Kejayan Buat Inovasi Ini agar Warga Tak BAB di Sungai

13 October 2022

Puskesmas Grabagan Gandeng Yayasan ADRA Gelar Diskusi Interaktif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

13 October 2022

Bangkalan Menuju UHC, Seluruh Puskesmas Diberi Pemahaman Aplikasi E DABU

11 October 2022

Semua Berita

  • Home
  • Tentang Kami
  • Jurnal
  • Arsip Pengantar