Hi!Pontianak – Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu, mengatakan, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti di Pontianak mulai meningkat sejak Oktober 2021.
Jumlah kasus DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dalam tiga kategori yakni DBD Dengue, Demam Dengue, dan Suspek DBD, berjumlah 50 kasus sepanjang tahun 2021. Dari 50 kasus tersebut, dominan terjangkit oleh usia anak.
“WHO mengklasifikasikan menjadi 3 kategori, yang pertama dia DBD Dengue, itu yang paling parah. Dia timbul manifestasi pendarahan. Kemudian ada lagi Demam Dengue, itu demam, tapi tidak ada manifestasi pendarahan, tapi disebabkan virus Dengue. Kemudian ada suspek DBD, masih terduga,” jelas Handanu, Senin, 3 Januari 2022.
Handanu mengatakan, kasus DBD Dengue sepanjang 2021 berjumlah 16 orang. Demam Dengue berjumlah 34 orang, dan suspek DBD berjumlah 141 orang. Sedangkan angka kematian 0 kasus.
“Dari 3 diagnosa itu kemungkinan virusnya sama, (dibawa) nyamuknya Aedes Aegypti. Kalau dijadikan satu, demam yang disebabkan oleh virus Dengue. Munculnya itu di akhir 2021. Agak meningkat. Sejak minggu ke 32, sekitar Oktober dan November agak meningkat,” paparnya.
Ia mengatakan, kasus DBD disebabkan oleh faktor lingkungan. Ia mengimbau kepada masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan lingkungan rumah agar terhindar dari nyamuk. Seperti halnya membersihkan halaman, memantau jentik-jentik di tempat penampungan air, serta melakukan voging.
“DBD yang disebabkan oleh lingkungan, orang lupa membersihkan halaman, banyak sampah berserakan di tempat penampungan air, nyamuk mengandung virus itu. Yang kita lakukan menutup, mengubur, melakukan abatesasi, memberikan voging. Yang penting adalah kebersihan lingkungan, kalau setiap rumah mau memantau jentik rumah, menurunkan angka demam berdarah,” ungkapnya.
Handanu mengatakan, pihaknya menyediakan abate di Puskesmas-puskesmas untuk dapat diberikan kepada warga secara gratis. Warga dapat mengambil abate di puskesmas untuk mencegah penyakit DBD.
“Abatesisasi kita lakukan, tinggal Pak RT koordinasi dengan puskesmas gratis, kalau ada yang bayar itu bukan dari Dinkes dan itu mungkin pasir aja. Kalau voging, voging ini dalam konteks pencegahan penyakit, voging ini dipakai untuk kondisi bila mana di situ ada virus Dengue kalau ada pasien DBD, membatasi pergerakan nyamuk kalau pencegahan itu dengan pembersihan lingkungan dan 3M,” pungkasnya.
Sumber: kumparan.com