COVID-19 dan Communication Blackouts di Kashmir, India
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan masalah kesehatan mental secara global, terutama ketakutan akan infeksi, kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma. Penyampaian layanan kesehatan mental telah berdampak buruk di semua negara, namun pengaruhnya semakin parah di Lembah Kashmir karena kekacauan politik yang berkepanjangan. Meskipun pemadaman komunikasi 7 bulan Kashmir, yang diberlakukan oleh pemerintah pusat India karena perubahan konstitusi, dicabut tepat sebelum pandemi COVID-19 dimulai, lembah itu masih telah mengalami pemadaman yang mempengaruhi telepon seluler dan layanan internet, mengganggu pendekatan telepsikiatri. Layanan internet saat ini dibatasi pada 2G, yang memperumit penguncian yang diberlakukan untuk mengurangi penularan virus corona 2 sindrom pernapasan akut yang parah di lembah. Kombinasi pemadaman komunikasi dengan penguncian di Kashmir kemungkinan besar akan menyebabkan kesepian dan meningkatkan tekanan psikologis. Indian Psychiatry Society menemukan peningkatan 20% penyakit mental di India dalam beberapa minggu setelah lockdown dimulai (25 Maret 2020) dan merumuskan pedoman nasional untuk layanan telehealth. Namun, layanan tersebut digagalkan di Kashmir karena konektivitas yang buruk.
Peneliti mendesak pembuat kebijakan, peneliti, profesional perawatan kesehatan, dan pemangku kepentingan untuk menemukan cara baru dan inovatif dalam memberikan layanan kesehatan mental di Kashmir. Peneliti menyarankan peluncuran layanan hotline khusus dengan layanan internet 4G sehingga pemeriksaan kondisi mental dapat dilakukan selama panggilan telepon dan manajemen yang tepat dapat disarankan. Rumah sakit dan klinik kesehatan mental harus menindaklanjuti penelepon pada interval sesingkat mungkin untuk memastikan pengawasan kesehatan mental yang teratur dan tepat waktu guna meningkatkan layanan kesehatan mental di Kashmir. Telepsikiatri menggunakan aplikasi seluler dapat menjadi cara yang menjanjikan untuk memberikan layanan kesehatan mental.
Artikel ini dipublikasikan pada 2020 di jurnal The Lancet.