Yogyakarta (ANTARA) – Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta menjadi puskesmas pertama di kota tersebut yang memberikan pelayanan pencegahan penularan HIV dengan menggunakan metode pengobatan pre-exposure prophylaxis (PrEP).
“Layanan ini sudah berjalan sekitar tiga bulan dan di Kota Yogyakarta baru dilakukan di puskesmas kami. Kota Yogyakarta menjadi salah satu lokasi percontohan program PrEP di Indonesia,” kata Kepala Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta, dr Tri Kusumo Bawono di Yogyakarta, Kamis.
Ia menjelaskan sasaran layanan tersebut adalah laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, wanita pekerja seks, waria atau transgender, pengguna napza suntik, dan seseorang yang memiliki pasangan seksual dengan status HIV positif.
Sejak layanan tersebut dibuka, Puskesmas Gedongtengen sudah menerima 53 pendaftar, namun tidak semuanya lolos asesmen untuk menerima pengobatan dengan metode tersebut.
“Hanya delapan orang yang sejauh ini menerima pengobatan tersebut. Ada asesmen yang kami lakukan sebelum memberikan pengobatan. Mereka yang menerima pengobatan memang dinilai memiliki risiko besar tertular sehingga membutuhkan pencegahan,” katanya.
Sejumlah persyaratan untuk kebutuhan asesmen sebelum mengakses layanan PrEP tersebut di antaranya menunjukkan hasil negatif tes laboratorium untuk pemeriksaan HIV, sifilis, creatinin, hepatitis dan lainnya.
Ia mengatakan PrEP dikenal memiliki kemampuan untuk mencegah penularan HIV. Metode pengobatan tersebut mengombinasikan dua jenis obat HIV yaitu tenofovir dan emtricitabine yang harus dikonsumsi secara konsisten.
Obat harus dikonsumsi secara teratur dan dipercaya bisa mencegah penularan penyakit tersebut hingga 90 persen.
“Dikonsumsi sekali sehari, hampir sama seperti mengonsumsi pil KB untuk kontrasepsi,” katanya dan menambahkan layanan itu bisa diakses secara gratis.
Meskipun PrEP dipercaya mampu mencegah penularan HIV, katanya, namun fungsinya tidak sama dengan kondom sehingga tidak bisa mencegah kehamilan atau risiko penularan infeksi menular seksual.
Selain dengan metode pengobatan, pencegahan penularan HIV/AIDS juga dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat tentang penyakit tersebut dan pencegahan penularan serta membuka diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk keluarga dan pasien, demikian Tri Kusumo Bawono.
Sumber: antaranews.com