BANTUL – Berlatarbelakang dari keprihatinan pada beberapa kasus penyakit yang masih banyak ditemukan di kawasan sekitarnya, Puskesmas Piyungan melaunching lima program inovasi. Dari sekian banyak program tersebut, dua program terkonsentrasi pada tingginya angka penderita hipertensi dan banyaknya temuan warga gangguan jiwa.
“Permasalahan dari kasus Hipertensi di masyarakat adalah hanya ada 10 persen dari total penderita hipertensi yang mau berobat. Lainnya tidak berobat. Ini merupakan keprihatinan mengingat jika tidak rutin dicek dan dipantau kesehatannya maka bisa berbahaya,” jelas Kepala Puskesmas Piyungan, dr Seta Nurhayati M kepada KRJOGJA.com saat Gebyar Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) , Peringatan Hari TB Sedunia dan Launching 5 Program Inovasi Puskesmas, Minggu (7/4/2019) di kompleks Balai Desa Sitimulyo Piyungan.
dr Seta kemudian mendorong masyarakat untuk saling menggugah kesadarannya selalu melakukan cek kesehatan secara teratur. Hal lain yang menjadi konsentrasi Puskesmas Piyungan yakni banyaknya ditemukan warga pengidap gangguan jiwa di masyarakat melalui peran kader kesehatan. Dari data di Puskesmas Piyungan ada sekitar 248 warga pengidap gangguan jiwa yang membutuhkan penanganan dan pendampingan.
Lima program inovasi yang diluncurkan yakni Dewa Risti (Deteksi Awal Resiko Tinggi Ibu Hamil), Gardu Kelola (Gerakan Terpadu Kelompok Pengelola Lansia), Pinggang Wader Mas (Pendampingan Orang dengan Gangguan Jiwa bersama Kader dan Masyarakat), Gertak Chinta (Gerakan Serentak Cegah Hipertensi Kita) dan Situs Payak (Strategi Eliminasi TB Puskesmas Bersama Masyarakat Piyungan). Adapun dalam program Germas dan program inovasi ini melibatkan 200 kader kesehatan di tiga desa Kecamatan Piyungan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Bantul, dr Fauzan menambahkan deklarasi ini menguatkan kembali dan mensosialisasikan secara efektif gerakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk program Stop Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat dan program kesehatan lain.
“Memang kasus BAB di sembarang tempat sudah banyak berkurang meski demikian masih saja satu dua warga melakukan. Dari sisi kesehatan, kotoran manusia yang ada di sembarang tempat menjadi sumber penyebaran penyakit,” jelas Fauzan.
Selain terkait PHBS, Fauzan juga menyinggung mengenai kasus Tuberkolosis (TBC). Kasus TBC di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi sedunia. Semakin banyak temuan kasus TBC maka semakin bagus karena kesadaran warga dalam memeriksakan diri.
“Tetapi masih banyak yang belum paham bila batuk lebih dari dua minggu hendaknya memeriksakan dahak. Nah periksa dahak di masyarakat masih rendah. Padahal fasilitas yang diberikan pemerintah dalam menanggulangi TB sudah cukup beragam,” tambah Fauzan.
Pemeriksaan TB sudah dapat dilakukan di puskesmas tidak harus di RS. Selain itu penderita positif TB tidak hanya diberikan obat saja tetapi diberikan makanan tinggi gizi dan protein supaya daya tahan tubuhnya meningkat. (Aje)
Sumber: krjogja.com