Diskusi tentang perawatan masih menjadi hal menarik untuk dieksplorasi dengan membandingkan antara penduduk di perkotaan dan pedesaan. Sejak diperkenalkan pertama kali pada 1950-an, care pathway merupakan alur perawatan yang memberikan manfaat terhadap kualitas perawatan itu sendiri. Care pathway adalah model layanan yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk mewujudkan kualitas layanan perawatan.
Namun, pelayanan perawatan yang terstandar pada kenyataannya tidaklah mutlak terjadi di setiap proses perawatan pasien setiap kasus penyakit. Suatu kajian dengan menggabungkan aspek pola demografis dan konteks pelayanan telah memberikan potret sisi lain dari hadirnya care pathway. Model intervensi kompleks berupa pengambilan keputusan bersama dan pengorganisasian proses perawatan untuk sekelompok pasien tersebut. Ternyata hal tersebut menjadi penyebab munculnya dehumanisasi pekerjaan, hubungan dokter-pasien yang kurang baik, dan jalur perawatan yang mengurangi pilihan pasien sehingga berdampak pada keterlambatan pemilihan perawatan bagi pasien dengan kondisi penyakit tertentu.
Dalam hal pemilihan perawatan kesehatan, pola demografis dan peran berbagai jenis penyedia layanan kesehatan dalam proses diagnosis penyakit menjadi determinan utama dalam memahami perilaku tersebut. Potret kondisi pelayanan kesehatan di pedesaan dengan berbagai keterbatasan infrastruktur dan ketersediaan pelayanan memberikan kesan model pelayanan dengan care pathway seakan menjadi “pasar” bagi para dokter untuk “mengkomersialkan” pelayanan bagi pasien. Kegagalan pemerintah mengidentifikasi peran aktor lokal dalam alur perawatan menjadi hal krusial Dalam kondisi seperti in., Sistem kesehatan seolah menjadi penyebab keterlambatan pasien untuk melakukan perawatan ketika sakit karena tidak dapat menjamin akses, akseptabilitas dan affordability. Kondisi yang sama juga terjadi pada pasien di perkotaan. Care pathway menjadi sesuatu yang tidak berguna manakala terdapat keterbatasan untuk memahami alur pelayanan. Sulitnya pasien memahami care pathway telah mengurangi niat sekaligus memberikan ketakutan tersendiri bagi pasien. Pasien cenderung terlambat menerima perawatan karena ada anggapan penyedia layanan tidak memberikan kepastian diagnosis bagi mereka.
Fakta menarik yang mengkritisi care pathway juga terjadi di Bangladesh dalam penelitian oleh Sarker et al yang dipublikasikan pada 2017. Keterlambatan pasien penderita extra pulmonary tuberculosis (EPTB) dalam mendapatkan perawatan mengindikasikan bahwa care pathway belum mampu meningkatkan akses serta kepastian dalam perawatan pasien EPTB. Kondisi ini diperburuk dengan adanya ketidakmampuan dokter untuk mendiagnosa EPTB secara benar. Pasien menilai bahwa penyedia layanan cenderung menahan pasien untuk waktu yang sangat lama meskipun kasus tidak berhasil didiagnosa akibat sifat umum EPTB yang tidak jelas.
Penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi pola alur pencarian pelayanan pada pasien di pedesaan dan perkotaan tersebut menemukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata penundaan perawatan antara pasien EPTB di daerah pedesaan dan perkotaan. Perbedaan ini menandakan ketepatan pasien perkotaan dalam mengambil keputusan jauh lebih baik dibandingkan dengan pasien di pedesaan. Selain itu, faktor lain seperti kurang pengetahuan, rendahnya pendidikan anggota keluarga, sikap “komersial” dokter, dan ketakutan pribadi juga menjadi alasan penundaan diagnostik oleh pasien baik di pedesaan maupun perkotaan.
Kondisi ini sangat memerlukan perhatian para pengambil kebijakan dan manajemen untuk memperbaiki care pathway dengan pertimbangan akses, akseptabilitas dan keterjangkaun biaya. Jalur yang diikuti oleh pasien EPTB yang dieksplorasi dalam penelitian ini memberikan wawasan mengenai peran berbagai jenis penyedia layanan kesehatan dalam proses diagnosis, alasan di balik penundaan diagnosis, dan peran tenaga non-medis dalam proses perawatan. Penyedia layanan kesehatan informal dan swasta di daerah pedesaan menjadi bagian dari diskusi menarik dalam artikel tersebut karena pertimbangan akses, akseptabilitas dan affordability dalam care pathway. Apa, bagaiamana peran dari penyedia layanan informal dan swasta agar dapat mempersingkat jalur perawatan pasien EPTB secara signifikan sehingga meningkatkan kualitas kehidupan individu yang terkena dampak selengkapnya dapat diakses pada laman berikut Artikel