Reportase
Pendampingan Tim Teknis dalam Penyusunan Awal Rencana Aksi Daerah (RAD)
Integrasi Kesehatan Ibu dan Keluarga Berencana Berbasis Hak
Kabupaten Lahat
2 – 3 Agustus 2018
Pertemuan Tim Teknis Modelling of the Integrated Programming, Planning and Budgeting for Maternal Health and Right-Based Family Planning yang diselenggarakan di Ruang Meeting Bappeda Kab. Lahat pada dilaksanakan selama 2 hari yakni 2-3 Agustus 2018 dihadiri oleh Tim PKMK FKKMK UGM yakni Dr.dr.Dwi Handono Sulistyo,M.Kes dan Tudiono, perwakilan UNFPA (Tira Aswitama), Perwakilan Kemenkes (Indah N Mardhika), Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan (Achmad Maskur dan Dwi Noviyana) dan Tim Teknis Kab. Lahat yang terdiri dari OPD Dinas Kesehatan, Dinas Dalduk-KB, RSUD Kab. Lahat, BKD dan BAPPEDA.
Kegiatan ini merupakan rangkaian pertemuan yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Tim PKMK FKKMK UGM. Fokus dari pertemuan ini bertujuan untuk Menyusun Rencana Aksi Daerah Integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak, meliputi: 1) Penetapan prioritas masalah; 2) Analisis penyebab prioritas masalah; 3) Pengembangan solusi berdasarkan strategi RAN Kesehatan Ibu & RFP. Penyusunan RAD tersebut diharapkan dapat menjadi dasar perencanaan dan penganggaran masing-masing OPD terkait realisasi program Integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak dalam 5 tahun kedepan. Dengan kata lain, RAD Integrasi Kesehatan Ibu – KB Berbasis Hak diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan Renja/RKA dan DAK mulai tahun 2019 dan seterusnya bagi masing-masing OPD terkait.
Pertemuan ini berlangsung selama 2 hari. Hari pertama pertemuan membahas tentang laporan penyusunan model perencanaan KIA-KB berbasis hak terintegrasi yang disampaikan oleh Dwi Handono Sulistyo sebagai Project Investigator. Pembukaan pertemuan oleh Faizal Amrie selaku sekretaris Bappeda Kab.Lahat. Sebagai pengantar materi, dalam penyusunan RAD Integrasi KIA-KB Berbasis Hak penjelasan kembali kerangka konsep Model Integrasi KIA-KB berbasis Hak merupakan hal penting yang harus dipahami oleh Tim Teknis dalam menetapkan priortias masalah, menganalisis penyebab prioritas masalah dan mengembangkan solusi berdasarkan strategi RAN Kesehatan Ibu & RFP. Dalam perkembangannya, kerangka konsep Model Integrasi KIA-KB berbasis Hak tidak hanya melakukan penjaringan WUS-PUS dan WUS-PUS Risti saja, tetapi juga Penjaringan PNC (Postnatal care) atau ibu Nifas menjadi penting dalam pencegahan kematian ibu. Belajar dari kasus Kab. Malang bahwa terdapat ibu meninggal di rumah setelah partus dari rumah sakit dan kejadian itu diketahui setelah 7 hari dari partus artinya kunjungan nifas (KF) itu menjadi penting dalam pencegahan kematian ibu. Kerangka konsep ini akan kita kembangkan untuk mengakomodasi RAD ungkap Dr.dr.Dwi Handono Sulistyo,M.Kes.
Gambar 1. Pengantar materi penyusunan RAD oleh Dr.dr.Dwi Handono Sulistyo,M.Kes selaku Project Investigators dari Tim PKMK FKKMK UGM.
Berikut perkembangan kerangka konsep Model Integrasi KIA-KB Berbasis Hak:
Gambar 2: Kerangka Konsep Model KIA-KB Berbasis Hak
Pemaparan materi terkait penyebab kematian ibu Kab. Lahat disampaikan oleh Agustia Ningsih selaku Kasie Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kab. Lahat. Berdasarkan data Laporan AMP, tren rata-rata jumlah angka kematian ibu (AKI) Kabupaten Lahat naik turun, yakni pada 2015 berjumlah 8 kasus AKI; 2016 sejumlah 10 kasus AKI; 2017 sebanyak 6 kasus AKI dan per Juni 2018 sekitar 3 kasus AKI, dimana sebagian besar ibu meninggal di RSUD serta di rumah sendiri dan perjalanan menuju Fasyankes. Data menunjukkan rata-rata ibu meninggal karena PEB dan pendarahan, rata-rata ibu meninggal saat kehamilan berlangsung, meninggal ketika melahirkan dan setelah melahirkan dengan usia ibu usia 30-34 tahun yakni 8 orang, ≥ 35 tahun dan 16-29 tahun masing-masing 5 orang .
Menanggapi pemaparan materi yang disampaikan oleh Kasie Kesehatan Keluarga Dinkes Kab.Lahat, Indah N Mardhika, selaku perwakilan Kemenkes Subdit Kesprokesga, mengatakan dari hasil penelitian Teti Tejayanti : Kajian Pelayanan Kesehatan Ibu Tahun 2014 sebesar 61.6% ibu meninggal selama periode masa nifas (48 Jam setelah lahir) dengan penyebab kematian 32.4% karena hipertensi dalam kehamilan dan 20.3 % perdarahan pasca salin berhubungan dengan usia ibu > 35 tahun (usia ibu ketika menikah sekitar 10-16 tahun (20.3%) dan usia ibu 17-19 tahun (35.1%). Hal ini berarti bahwa pemeriksaan dan pelayanan kesehatan setelah nifas menjadi penting untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan yakni melalui kunjungan nifas ungkap Indah.
Gambar 3. Suasana diskusi tentang penyebab masalah kematian Ibu Kab.Lahat
Hal serupa diungkapkan oleh Dwi Handono Sulistyo bahwa setiap ibu nifas harus dikunjungi sesuai dengan ketentuan. Namun jika ibu nifas (BUFAS) risti, maka kunjungan BUFAS harus lebih diintensifkan dan frekuensi kunjungan harus lebih sering untuk memastikan keadaan BUFAS dalam kondisi baik dan sehat. Ungkapan tersebut senada dengan pernyataan Tudiono bahwa hanya perlu komunikasi yang intens antara pasien BUFAS dengan bidan misalnya melalui telepon ketika terjadi hal yang tidak diinginkan atau darurat.
Terkait banyaknya kematian ibu terjadi di rumah sakit, Yetty Ruspiani selaku kepala ruang kebidanan di rumah sakit mengatakan sebagian besar ibu hamil (BUMIL) ataupun ibu nifas yang datang ke rumah sakit adalah dalam keadaan darurat keselamatannya (rujukan tidak terencana) dan sulit terselamatkan sehingga kemungkinan harapan untuk bertahan hidup kecil. Namun, pihak rumah sakit mencoba menolong pasien dengan usaha yang maksimal. Terkait pemeriksaan dan pelayanan BUFAS setelah rujuk balik, dari rumah sakit mengontrolnya melalui dua acara yakni pasien berkunjung kembali ke rumah sakit dan melalui telepon dari pihak rumah sakit ke pasien.
Penjaringan dini terkait WUS (SMP-SMA), WUS-CATIN, WUS-PUS dan WUS-PUS Risti adalah hal yang fundamental untuk mencegah kejadian Bumil risti yang nantinya akan menyumbang kematian ibu. Setiap WUS berpotensi untuk hamil sehingga KIE terkait kesehatan reproduksi remaja untuk (penjaringan dini WUS (SMP-SMA)), KIE Kesehatan Reproduksi WUS-CATIN, KIE Alkon untuk WUS-PUS dan WUS-PUS Risti agar berKB merupakan salah satu tindakan pencegahan kematian ibu. Dengan penjaringan dini dan penapisan terkait Kesehatan ibu dalam ber – KB, maka bisa dipetakan di titik mana yang bermasalah terkait AKI sehingga kita dapat memetakan solusi mana yang tepat untuk mengatasi setiap titik masalah.
Gambar 4. Suasana diskusi Analisis Penyebab Prioritas Masalah untuk Penyusunan RAD Kab. Lahat
Berbagai kendala didapatkan petugas lapangan terkait pernikahan usia muda di masyarakat, antara lain usia 14-16 tahun, mereka memilih hamil daripada menunda kehamilan yang tentunya lebih berisiko untuk keselamatan ibu dan bayinya. Oleh karena itu, dari Dinas Dalduk-KB mencegah kejadian tersebut dengan program kami yaitu program kegiatan pendewasaan usia nikah sebagai bentuk KIE terkait KB, tegas Gesti Iswarita selaku Kabid Informasi dan data dan pak Hendra Sadini selaku PLKB dari Dinas Dalduk-KB. Tantangan selanjutnya adalah UU pernikahan yang menyatakan usia kawin untuk perempuan yakni 16 tahun. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya angka menikah usia mudah di masyarakat. Banyak sekali kejadian pernikahan diusia < 20 tahun tidak tercatat di pemerintah lanjut Gesti Iswarita.
Faktor BUMIL memilih persalinan ditolong oleh dukun dan meninggal setelah partus adalah terkait pembiayaan karena persalinan oleh dukun jauh lebih murah dibandingkan persalinan oleh tenaga kesehatan, selain itu juga karena faktor budaya. Rata-rata masyarakat yang memilih persalinan oleh dukun adalah mereka yang tidak memiliki jaminan layanan kesehatan atau BPJS Kesehatan. Meskipun mereka termasuk orang yang tidak mampu (miskin), tidak semua masyarakat miskin di Kab. Lahat mendapatkan kartu JKN-KIS dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah Kab. Lahat juga belum meng – cover semua masyarakat miskin karena keterbatasan APBD yang dimiliki ungkap Gesti Iswarita dan Agustia Ningsih. Tambahan penjelasan dari dinas kesehatan, Farida Hasibuan selaku Kabid Penggerakan Masyarakat Dinas Dalduk-KB Kab. Lahat mengatakan kami sudah cukup banyak data calon akseptor KB yang tidak bisa terlayani karena kendala pembiayaan.
Tim Teknis Model Integrasi Kesehatan Ibu dan Keluarga Berencana Berbasis Hak sepakat bahwa dari semua penyebab kematian ibu, berdasarkan data laporan AMP yang disampaikan oleh Agustia Ningsih bisa diatasi dan dicegah. Kesimpulan hasil diskusi pertemuan hari pertama adalah gambaran kondisi pelayanan KIA di Kab. Lahat yakni dukun masih diminati; ANC & PNC belum optimal; RS.PONEK-PKM PONED belum optimal; Rujukan Terlambat (3 T dan 4 T); Persalinan Dirumah; Pernikahan Dini; Sosialisasi belum optimal; Data & Pembiayaan terbatas; Distribusi SDMK (Bidan) belum merata.
Pertemuan hari kedua me – review hasil diskusi hari pertama terkait penyusunan RAD tentang penetapan prioritas masalah kesehatan ibu dan KB berbasis hak dan analisis penyebab prioritas masalah. Tim PKMK FKKMK UGM menyimpulkan bahwa permasalahan penyebab kematian ibu di Kab. Lahat dipetakan menjadi 2 masalah yakni masalah sistem pelayanan & teknis medis serta masalah penjaringan. Setelah pengantar materi tersebut dipaparkan oleh Dwi Handono Sulistyo selaku ketua Tim PKMK FKKMK UGM, selanjutnya pembagian kelompok diskusi oleh Tudiono sekaligus moderator jalannya diskusi tersebut. Secara teknis diskusi dibagi menjadi 2 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari beberapa OPD (Dinas Dalduk-KB, DINKES, RSUD,BKD, UNFPA, Kemenkes dan Bappeda). Masing-masing kelompok diskusi diminta membahas tentang pengembangan solusi masalah dan strategi solusinya yang meliputi penyebab masalah dan alternatif solusi lokal terkait masalah sistem pelayanan & teknis medis kesehatan ibu dan sistem penjaringan (KIE KRR, KIE KR Catin dan KIE KB). Keterbatasan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok menjadi kendala dan hambatan sehingga presentasi hasil diskusi kelompok akan dijadwalkan dalam pertemuan selanjutnya yakni paling lambat minggu depan dari pertemuan hari kedua yakni Jumat 3 Agustus 2018.
Gambar 5. Suasana diskusi kelompok 2 pertemuan hari kedua tentang pemetaan penyebab masalah dan solusi lokal tentang kematian ibu di Kab. Lahat.
Gambar 6. Suasana diskusi kelompok 1 pertemuan hari kedua tentang pemetaan penyebab masalah dan solusi lokal tentang kematian ibu di Kab. Lahat
Reporter: Habibi Zamuli, MPH