Kualitas pelayanan kesehatan masih menjadi persoalan tersendiri yang dihadapi oleh fasilitas atau organisasi layanan kesehatan khususnya milik pemerintah di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 merilis kesiapan pelayanan umum di Puskesmas, baru mencapai 71%, pelayanan PONED 62%, dan pelayanan penyakit tidak menular baru mencapai 79%. Hal ini terjadi terutama karena kurangnya fasilitas yang tersedia; kurang lengkapnya obat, sarana, dan alat kesehatan; kurangnya tenaga kesehatan; dan belum memadainya kualitas pelayanan. Fasilitas pelayanan periferal seperti puskesmas, kesiapan peralatan dasar memang cukup tinggi (84%), tetapi kemampuan menegakkan diagnosis ternyata masih rendah (61%). Kondisi tersebut diperberat lagi akibat disparitas layanan yang dihasilkan dari perlakuan diskriminatif oleh tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Kondisi Indonesia yang plural berdampak pada organisasi pelayanan kesehatan melayani pasien dari beragam kelompok etnis dan ras lainnya setiap harinya. Hal ini tentu mendorong organisasi kesehatan memiliki sistem yang sesuai dengan klien dan layanan untuk memberikan perawatan kesehatan yang optimal. Budaya kompetensi telah diidentifikasi sebagai satu strategi untuk mengatasi disparitas kesehatan rasial dan etnik di Indonesia dengan menyediakan layanan yang sesuai dengan budaya klien, sosial, dan kebutuhan komunikasi.
McCalman et al (2017) merekomendasikan pendekatan sistem untuk meningkatkan budaya kompetensi organisasi. Perspektif sistem yang dimaksud mempertimbangkan bahwa organisasi kesehatan sebagai suatu sistem yang memiliki komponen yang saling berkaitan. Pendekatan sistem terhadap budaya kompetensi mengintegrasikan praktik pada semua lini manajemen organisasi dan sub-sistem klinis, sehingga membutuhkan penggabungan sikap, praktik, kebijakan dan struktur untuk memungkinkan organisasi kesehatan dan tenaga kesehatan untuk bekerja secara efektif dalam situasi buadaya yang beragam. Dengan semakin mengenal budaya kompetensi, organisasi kesehatan dapat menjadikanya sebagai strategi untuk menjawab kebutuhan yang beragam dari masayarakat (McCalman et al. 2017).
Artikel selengkapnya dapat diakses melalui link berikut […]