Reportase
Penelitian Manajemen KIA dan Kualitas ANC di Puskesmas Ujan Mas (PONED) Kabupaten Kepahiang, Bengkulu
17 November 2018
Penelitian manajemen KIA dan kualitas ANC di Puskesmas Ujan Mas diselenggarakan dalam rangka mengidentifikasi gambaran pelayanan KIA dan akar masalah dalam masnajemen KIA. Penelitian ini dilakukan oleh 1 tim dari PKMK UGM dan didampingi 1 orang dari Dinas Kesehatan. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 3 jam. Penelitian ini melibatkan pihak puskesmas yaitu kepala puskesmas, staf, bidan dan bumil risti.
Gambar 1. Pemaparan penelitian oleh tim peneliti
Pada awal pertemuan, tim PKMK memberikan penjelasan bahwa penelitan ini berfokus pada pendekatan terintegrasi dan terkendali penuh dalam program kesehatan ibu yang berorientasi pada dampak. Fokus langsung KIA yaitu pada pendekatan dampak bukan pada output (SPM). Jika fokus pada output (SPM) saja maka masih banyak terjadi kematian ibu. Fokus pada dampak diharapkan semua dapat berperan tidak hanya dinas kesehatan saja, semua harus memiliki sasaran masing-masing. Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan terkendali penuh yaitu adanya Pos Komando. Dengan adanya Pos Komando ini diharapkan program – program KIA ada yang mengawasi.
Fokus penelitian dimulai dari penjaringan wanita subur sampai kepada ibu nifas. Artinya kita harus menjaring Wanita Usia Subur (WUS) yang beresiko tinggi. Kemudian apakah anak SMP dan SMA di-screening oleh UKS. Ketika penjaringan WUS SMP, SMA ditemukan ada anemia, hipertensi atau penyakit lainnya maka harus diobati terlebih dadulu. Kedua, ketika dia hamil harus siap atau layak untuk hamil. Kemudian dilakukan pengecekan pelaksanaan 10 T, mekanisme rujukan terencana dan rujukan emergency. Sedangkan untuk WUS Risti harus ditangani terlebih dahulu. Bila ada Ibu Resiko Tinggi (Risti) harus terencana baik rujukan ketika hamil maupun pada saat partus. Ibu Risti yang operasi caesar sudah harus ada rujukan terencana dengan RS. Penjaringan terhadap catin risti juga perlu dilakukan.
Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, bidan koordinator, bidan desa
Semua wilayah menjadi prioritas puskesmas khususnya untuk ibu yang tidak melakukan KB. Wilayah kerja puskesmas ada 8 desa, ada salah satu desa yang memiliki klinik yaitu desa Despeta 2. Puskesmas memiliki 4 ruangan, 6 tempat tidur untuk rawat inap dan ada 4 ruangan PONED dengan pelayanan 24 jam. Angka kematian ibu di Puskesmas Ujan Mas pada 2017 sebanyak 1 orang yang mengalami thypoid dan sepsis. Angka kematian bayi pada 2017 sebanyak 6 kasus diantaranya 4 orang karena BBLR, asfixsia, hepatitis. Akses menuju Puskesmas Ujan Mas bisa diakses oleh 8 desa dan tidak memerlukan rumah tunggu kelahiran karena di pinggir jalan.
Puskesmas melakukan MoU dengan KUA untuk edukasi pranikah, konseling dan pengarahan terhadap pasangan yang menikah di bawah umur 20 tahun. Puskesmas Ujan Mas mempunyai wilayah kerja 7 SD, 2 SMP, dan 1 SMA. Kegiatan yang dilakukan adalah penjaringan kesehatan pada awal tahun, untuk anak SD dibuat kader dokter kecil yang diberi pelatihan seperti PHBS, cara cuci tangan. Kegiatan yang dilakukan berkolaborasi dengan bidang promkes. Pemeriksaan secara berkala untuk anak SMP dan SMA yaitu pemeriksaan kebersihan diri, pemeriksaan status gizi, pemeriksaan tanda vital (suhu tubuh, tekanan darah, pernafasan, denyut nadi, jantung dan paru), pemeriksaan gangguan kesehatan mata (ketajaman pengliahatan, resiko infeksi dan buta warna), pemeriksaan gangguan pendengaran, pemeriksaan gangguan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan gaya hidup, pemeriksaan kebugaran jasmani, pemeriksaan kesehatan mental, pemeriksaan kesehatan intelegensi, pemeriksaan kesehatan reproduksi. Pemberian TTD pada siswi dilakukan setiap Senin, yang dipantau guru UKS. Puskesmas hanya memantau dari laporan yang diberikan oleh guru UKS. Tidak ada SMP dan SMA yang menjadi prioritas untuk pemberian TTD. Banyak siswi yang anemia karena tidak sarapan saat berangkat sekolah.
Gambar 3. Wawancara dengan bumil risti
Bumil risti yang datang berusia 36 tahun, 18 tahun dan 18 tahun. Bumil yang berusia 18 tahun memiliki resiko dalam persalinannya dan telah mendapatkan edukasi dari bidan desa. Bumil yang berusia 36 tahun pernah mengalami 2 kali keguguran di RS Kepahiang, sehingga setiap kali ke RS Kepahiang ibu sering trauma karena teringat kejadian yang dialami, selanjutnya di kehamilan yang sekarang ibu tidak mau melahirkan di RS Kepahiang. Bumil kedua yang berumur 18 tahun sudah hamil anak kedua, bumil ini sangat jarang minum tablet Fe karena sering mual dan muntah. Untuk bumil yang ketiga berusia 18 tahun mengalami KEK namun sudah diberi makanan tambahan tiap bulan oleh bides saat kegiatan Posyandu.
Reporter: Anita Meiriana