Tubankab - Puskesmas Grabagan bekerja sama dengan Yayasan Adventist Development and Relief Agency (ADRA) Indonesia, menggelar Diskusi Interaktif Vaksinasi dan Psiko-Edukasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Kegiatan ini digelar dalam rangka Peringatan Hari Cerebral Palsy sedunia dengan mengambil tema “No One Left Behind” di Sekolah Luar Biasa (SLB) ABD Negeri Tuban, Rabu (12/10).
Diskusi tersebut diikuti 30 orang yang merupakan orangtua atau wali murid dari anak-anak penyandang disabilitas di seluruh Kabupaten Tuban. Selain diskusi interaktif terkait golongan anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tidak boleh ikut vaksinasi, juga ada dialog langsung dengan psikolog klinis dari ADRA yang digelar secara daring. Peserta juga bisa bercerita dan konsultasi secara intensif dengan psikolog tersebut.
Kepala Puskesmas Grabagan, drg. Hariyati mengatakan, sudah sejak Maret Yayasan ADRA Indonesia bekerja sama dengan puskesmas untuk menyukseskan vaksinasi bagi kelompok rentan. Namun, sekarang saatnya bagi kelompok disabilitas. Di Grabagan jumlah disabilitas itu sekitar 200 orang dan baru sekitar 20 orang yang sudah vaksinasi.
“Yang paling berat dari vaksinasi bagi disabilitas itu bukan vaksinnya, tapi pencegahan pada keluarganya. Karena itu, kita terangkan kepada keluarganya agar mereka mengerti pentingnya vaksinasi bagi anaknya,” imbuhnya.
Dokter umum Puskesmas Grabagan, dr. Yesa Budayawan, dalam materinya menyampaikan, berdasarkan prinsip kehati-hatian sebaiknya imunisasi dimulai untuk anak usia 12-17 tahun, dengan pertimbangan jumlah subjek uji klinis memadai, tingginya mobilitas dan potensi berkerumun di luar rumah, serta mampu menyatakan keluhan KIPI bila ada.
Yesa menambahkan, untuk anak umur 3-11 tahun harus menunggu kajian lebih lanjut, guna menilai keamanan dan dosis dengan jumlah subjek yang memadai. Kontraindikasi atau golongan yang tidak boleh divaksin, sebut Yesa, meliputi anak dengan defisiensi imun primer atau penyakit autoimun tidak terkontrol, anak dengan penyakit sindrom gullian barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis, anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi, anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat, demam 37.50C atau lebih, sembuh dari Covid-19 kurang dari 3 bulan, pascaimunisasi BIN kurang dari satu bulan, hamil, hipertensi tidak terkendali, diabetes melitus tidak terkendali, serta memiliki penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali.
Sementara itu, pihak Yayasan ADRA Indonesia juga membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk bisa mendapatkan layanan konsultasi gratis dengan psikolog klinis melalui hotline servis 0813-1356-7925. Layanan ini benar-benar diberikan secara gratis bagi masyarakat yang ingin berkonsultasi seputar masalah psikologisnya untuk mengurangi tingkat gangguan kejiwaan pada masyarakat, khususnya yang terdampak pandemi covid-19.
Psikolog Klinis Yayasan ADRA Indonesia, Mariyuana, S.Psi. Ch, CHt., CEAP, mengatakan, masalah psikologis bukan hanya disebabkan oleh tekanan yang terlalu berat saja, kadang masalah kecil yang menumpuk juga bisa jadi pemicunya.
“Kita tidak bisa menggeneralisir masalah seseorang sama, khususnya anak dengan kebutuhan khusus. Bagi sebagian orang yang anaknya sekolah tidak masalah, tapi masih banyak orangtua yang stres berat karena anaknya tidak sekolah,” terangnya. (m nahrus s/hei)
Sumber: tubankab.go.id