Serial Diskusi
Webinar Penguatan Sistem Insentif
Tenaga Kesehatan
Latar Belakang
Ketimpangan ketersediaan tenaga kesehatan antara wilayah perkotaan dan perdesaan merupakan isu yang kronis di Indonesia. Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional, meskipun hasil studi menunjukkan bahwa tingkat utilisasi pelayanan kesehatan telah membaik baik di perkotaan maupun perdesaan, kesetaraan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat antara daerah tersebut masih menjadi permasalahan. Ini erat kaitannya dengan ketersediaan dokter spesialis, dokter, apoteker, serta tenaga kesehatan lainnya.
Di Indonesia, ketersediaan sumber daya manusia telah mengalami peningkatan. Rasio dokter terhadap populasi telah meningkat dari 0.3 menjadi 0.5 per 1,000 populasi. Namun demikian, seperlima dari jumlah dokter tersebar di wilayah Jawa-Bali saja. Meskipun rasio dokter terhadap populasi di wilayah Indonesia timur relatif lebih baik daripada di wilayah Jawa, dikaitkan dengan akses geografi dan jarak, masyarakat di wilayah timur tetap mengalami kesulitan lebih signifikan dibandingkan dengan di Jawa. Salah satu yang menyebabkan maldistribusi tenaga yaitu kurang optimalnya insentif baik finansial maupun non-finansial.
Isu lain terkait keterbatasan sumber daya manusia yaitu tidak adanya sistem yang cukup kuat untuk memotivasi kualitas kerja yang baik di kalangan tenaga kesehatan. Saat ini Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 telah mengatur metode untuk menilai kinerja aparatur sipil negara, yang telah diturunkan menjadi peraturan di masing-masing daerah. Namun demikian, pencapaian kinerja ini masih dinilai belum cukup kuat untuk meningkatkan performa dan kualitas tenaga kesehatan. Di samping itu, tenaga kesehatan memiliki karakteristik berbeda dengan petugas lain dalam lingkup kabupaten/kota karena adanya beban kerja kegawatdaruratan 24 jam dan risiko pada kesehatan individual tenaga kesehatan. Khususnya dalam konteks pelayanan promotif dan preventif, belum terdapat peraturan terkait metode penilaian kinerja untuk mengoptimalkan kualitas dan performa tenaga kesehatan.
Tujuan
Kegiatan diskusi melalui webinar ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas akademisi, praktisi serta pemangku kebijakan terkait sistem penilaian kinerja dan pemberian insentif dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan.
Tujuan khusus dari kegiatan ini yaitu:
- Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas akademisi, praktisi dan pemangku kebijakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan
- Mendiskusikan tantangan terkait sistem insentif di pelayanan primer dan pencapaian kinerja tenaga kesehatan
- Memberikan rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti terkait kualitas pelayanan kesehatan dan pemerataan tenaga kesehatan
Agenda Kegiatan
Judul Kegiatan | Jadwal Kegiatan | Narasumber / Pembahas | Moderator |
Beban kerja dan insentif: pengalaman di RS dan bagaimana peluangnya di Puskesmas Webinar ID: 140-868-563 |
3 Agustus 2017 | Dr. dr. Andreasta Meliala, MAS
|
Likke |
Sistem Pemberian Tunjangan Berbasis Kinerja bagi Tenaga Kesehatan: Pengalaman dari DKI Jakarta Webinar ID: 434-078-563 |
25 Agustus 2017 |
Kepala BKD DKI Jakarta Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dr. dr. Andreasta Meliala Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Kemenkes RI |
Likke |
Web-based Learning: remunerasi tenaga kesehatan di pelayanan primer | |||
Pay-for-performance: praktik di pelayanan primer dan rujukan Webinar ID: 535-251-331 |
30 Agustus 2017 |
Dr. dr. Andreasta Meliala, MAS Ketua IDI BPPSDM Kemenkes Direktur Pelayanan Kesehatan Primer |
Aulia |
Hasil Riset Implementasi JKN Siklus 2 Webinar ID: 990-831-587 |
18 Oktober 2017 |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD Kepala P2JK |
Christa |
Sasaran Peserta
Sasaran | Metode Share Informasi | ||||
Webinar | Mailing list/ Broadcast WA | Komunikasi Pribadi (melalui tim IR / mitra univ) | Policy Brief (di akhir studi IR) | JKKI | |
Mitra universitas untuk penelitian Riset Implementasi JKN: USU, UNEJ, UNCEN | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Mitra di Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Kementerian Kesehatan, P2JK | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Kementerian Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Kementerian Dalam Negeri | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Kementerian PAN | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Adinkes | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
IDI | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Asosiasi Klinik | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Kementerian Kesehatan, BPPSDM | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Kementerian Aparatur Negara | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah DIY | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah DKI Jakarta | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Jember | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Jayawijaya | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kota Jayapura | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Tapanuli Selatan | ✓ | ✓ | ✓ | ✓ | |
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Malaka | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Karangasem | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Tidore | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kab. Lokhseumawe | ✓ | ✓ | ✓ | ||
Dinkes dan Puskesmas di wilayah Kota Balikpapan | ✓ | ✓ | ✓ |
Referensi
Dambisya, Yoswa M. “A review of non-financial incentives for health worker retention in east and southern Africa.” Health Systems Research Group, Department of Pharmacy, School of Health Sciences, University of Limpopo, South Africa 44 (2007): 49-50.
Franco, Lynne Miller, Sara Bennett, and Ruth Kanfer. “Health sector reform and public sector health worker motivation: a conceptual framework.” Social science & medicine 54.8 (2002): 1255-1266.
Jalilian, Hossein, and Vicheth Sen, eds. Improving Health Sector Performance: Institutions, Motivations and Incentives: the Cambodia Dialogue. Vol. 1. Institute of Southeast Asian, 2011.
Manongi, Rachel N., and Tanya C. Marchant. “Improving motivation among primary health care workers in Tanzania: a health worker perspective.” Human resources for health 4.1 (2006): 6.
Mathauer, Inke, and Ingo Imhoff. “Health worker motivation in Africa: the role of non-financial incentives and human resource management tools.” Human resources for health 4.1 (2006): 24.